Rein tersenyum setelah Lean menghabiskan seporsi bubur, meski saat makan begitu lambat. Dia lalu membantu Lean meminum obat. Terlihat sekali jika lelaki itu tampak ogah-ogahan dan terlihat ingin memuntahkan butiran obat itu.
"Temenin gue, ya." Lean berbaring sambil menggenggam tangan Rein.
Ekspresi Rein berubah. Dia mendongak melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul tiga sore, dia ada acara jam lima sore. Meski ada waktu dua jam, tapi dia takut datang terlambat. Belum lagi dia harus memakai make up dulu. "Sayang. Tapi gue ada kerjaan."
Genggaman Lean semakin mengerat. Dia membuka mata dan terlihat keberatan. "Sampai jam berapa?"
"Jam delapan kayaknya. Nggak tahu lagi kalau acaranya molor." Rein tersenyum kecut. Andai bisa dia ingin membatalkan semuanya dan menemani Lean. Namun, dia sudah berkomitmen. Tentu kliennya nanti akan kecewa jika dia membatalkan begitu saja. "Nanti gue ke sini, deh."