"Kapanpun lo ngelamar gue, gue yakin gue siap. Kapanpun lo ajak gue nikah, gue juga siap."
Lean menoleh dengan senyum menggoda. Kedua tangannya menangkup pipi Rein dan mengguncangnya pelan. "Beneran?" tanyanya memastikan. "Kalau besok mau?"
Rein menarik tangan Lean dari pipi dan berganti menggenggamnya. "Ya kali, Le, besok," jawabnya. "Bisa-bisa orang ngira gue hamil duluan."
"Bener juga, ya." Lean mengeratkan genggaman. "Lo ngomong sama Tante Sarah, deh. Enaknya gimana. Baru gue lamar resmi."
"Jadi beneran gue sekarang dilamar?" Rein menatap Lean dengan wajah tidak yakin.
"Ya iya. Emang kenapa?" tanya Lean dengan wajah polos.
Rein seketika melepas genggaman lalu turun dari ayunan. Dia berjalan menuju kursi malas dekat kolam renang dan duduk membelakangi Lean. Wajahnya memerah, percampuran antara tidak percaya dan sebal dalam satu waktu.
"Sayang!" Lean turun dari ayunan dan mendekati Rein. "Kenapa, sih?"