Brak!
Stevia berjingkat saat pintu ditutup dengan kencang. Dia berdiri, memastikan si pelaku. Saat melihat Lean yang datang, gadis itu geleng-geleng. "Kalau marah-marah jangan banting pintu. Lo nggak mau harga pintu mahal?"
"Gue mampu beli." Lean berjalan mendekat kemudian mengulurkan dua kantong ke kakaknya. "Lo sama mami pasti belum makan, kan?"
"Kebetulan!" Stevia menerima kantong itu kemudian berjalan menuju dapur. "Mi. Makan dulu, yuk!"
Lean berjalan pelan menuju kamar maminya dan membuka pintu dengan pelan. Dia melihat maminya itu terlelap dengan posisi miring. Dari kejauhan dia melihat mata maminya masih bengkak. Enam hari berlalu, tapi maminya masih dirundung kesedihan.
"Mami tidur, ya?"
Suara Stevia mengejutkan Lean. Lelaki itu berbalik dan mengangguk pelan. "Lo makan dulu aja. Kasihan kalau mami dibangunin."
Stevia menutup pintu kamar lalu mengekori Lean. "Nanti aja nunggu mami."