"Apa kau sudah menyelesaikan Bab barunya?" aku bertanya dengan suara sebaik mungkin karena aku tidak mau membuat penulisku lari ketakutan dan mengadu pada ketua redaksi.
Remaja di depanku terlihat gugup, sudah ada dua gulung tisyu yang ia habiskan. Sial, apa wajahku semenakutkan itu? Padahal hari ini aku sedang dalam mood yang bagus karena semalam tidurku sangat damai dalam pelukan- lupakan!
"Jadi?" Tangki kesabaranku sedikit demi sedikit mulai terkikis habis.
"Anu... erm begini kak, aku baru saja selesai ujian tengah semester. Jadi maaf, aku belum menggarap Bab baru naskahku." ia menunduk dalam, suaranya seperti tikus yang terjepit celah pintu.
Tarik napas... hembuskan. Ulangi lagi. Tarik napas... hembuskan. Sekarang pasang senyum ramah padanya. "Baiklah, jadi kapan kira-kira kau akan menyetorkan Bab barunya?"
Demi tuhan, kepalanya baru saja menggeleng. Menyebalkan. "Aku tidak tahu."