"Tapi ayah, bagaimana pun dia tetap kakakku. Bagaimana aku tak memikirkannya. Terlebih dia pergi dengan seorang pria,"
Point terakhir membuat ekspresi Aldric lebih gelap lagi. Dia jadi mengingat Delvina yang menghianatinya. Lalu sekarang putri yang dia besarkan juga pergi berasama dengan seorang pria dan belum kembali. Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Memikirkan itu membuat emosi Aldric tersulut. Rasa penyesalan datang merayap di hatinya.
"Berhenti mengkhawatirkannya. Mulai sekarang, saat dia kembali ke rumah, tutup semua pintunya. Dia tak di terima di rumah kita lagi. Aku tak akan mengakuinya sebagai putriku lagi. Aku cukup memiliki satu putri yang baik sepertimu. Aku akan mengurus surat-surat itu. Hingga dia tak memiliki alasan untuk bisa bersama kita,"