Momen itu terjadi selama beberapa menit kedepan. Merasakan merah wajahnya tak tertahankan, Ellina bergerak mundur secara tiba-tiba, dan itu menyebabkan lukanya tergesek juga. Dia mendesah sesaat dan menggigit bibirnya menahan sakit. Hal itu menyadarkan pikirannya ke titik normal dan seluruh rasa takut yang dia pendam membuncah.
Wajahnya mengeras dengan ekspresi tak dapat di lukiskan. Ellina, entah bagaimana dia berpikir harus juah dan lepas dari ini semua. Dia merasa bahwa rasa sakit yang dia terima, cukup menyadarkannya untuk mengingat jalan takdirnya. Dimana dia mati di bawah perintah orang di hadapannya! Dan lagi, kenapa dia bisa berakhir dengan orang yang sama! Tidak, dia tidak akan bisa menampung kesalahan yang sama.