"Aku nggak bakal mau nikah sama dia! Nggak akan!" Kekeh Riana tetap menolak.
"Siapa juga yang mau menikah sama kamu!" Balas pria itu.
"Ya terus kalian tetap harus begini? Kalau tiba-tiba nanti kamu hamil terus di cemoohi sama orang-orang, bagaimana?" Meilinda bertanya
"Nggak harus menikah juga kali, Mei! Bagaimana reputasi ku nanti kalau mama sama papa tahu aku itu, aarrgghh...Ā semua gara-gara kamu!" Riana tidak bisa berpikir jernih lagi masih tetap menyalahkan pria di depan nya.
"Kenapa harus aku lagi kamu salahkan! Salahmu sendiri...!" Balas pria itu membela diri.
"Kamu...!" Riana menggeram.
"Daripada kalian ribut begini tidak ada salahnya menikah, cinta atau tidaknya itu belakangan. Yang lebih penting itu adalah kamu - Riana. Kamu sebagai wanita tentu tidak ingin di permalukan oleh keluarga sendiri, benar? Kalau tidak menikah kontrak juga tidak ada salahnya, kan? Cuma status doang tidak lebih sebagai pertanggungjawaban dari Alman kepadamu, bagaimana menurut kalian berdua?" Meilinda mengusulkan taktik sebagai solusi yang cemerlang.
Riana dan Alman memikirkan kembali usulan dari wanita 26 tahun ini. Mereka berdua saling menatap satu sama lain kemudian membuang muka berbeda arah, Meilinda hanya mengedik bahu.
"Bagaimana? Setuju tidak?" Meilinda bertanya pendapat mereka berdua.
"Kamu yakin dengan pernikahan kontrak ini aku bakal tidak akan di permalukan oleh mama dan papaku, kan?" Riana kembali bertanya dia ragu jika sampai ketahuan ini bukan pernikahan sesungguhnya segala hak miliknya pun akan ditarik oleh kedua orang tuanya.
"Yakin, kamu tenang saja, bisa saja setelah pernikahan kalian jalankan nanti malah terbalik, dan kamu bagaimana, Alman?" Meilinda tetap optimis kemudian menanyakan pendapat Alman.
"Aku tidak masalah hanya satu syarat tidak mengikuti campur urusan pribadi, dan tidak ada kekang kemana pun aku pergi. Karena ini hanya pernikahan kontrak jadi tidak ada cerita keributan cemburu apa pun," Jawab Alman memberi syarat itu kepadanya.
"Oke, aku juga tidak sudi ikut campur urusanmu, memang kamu itu penting apa?! Pria seperti mu itu sama saja!" Sengit Riana menjulurkan lidah mengejek Alman.
Alman kesal ingin sekali menarik lidah itu kemudian memaku di depan pintu.
"Jadi kalian sudah setuju dengan usulan ku, mulai besok pernikahan kalian di adakan sederhana. Ingat pernikahan ini hanya bisa terpisah ketika kalian tidak memiliki suka atau cinta terkecuali jika di antara kalian memiliki perasaan saling mencintai. Aku berharap sih kalian saling mencintai jadi tidak ada perceraian," Ucap Meilinda senyum
Riana melotot kedua mata lebar-lebar apalagi Alman lebih tidak sudi mencintai wanita di depannya itu.
"JANGAN HARAP AKU MENCINTAINYA!" Serentak mereka mengucapkan kata yang sama.
Meilinda ketawa kecil dan menggeleng kepalanya. Kehidupan mereka berdua akan sangat menyenangkan bagaimana kelanjutan kisah Riana dan Alman ketika mereka di SAH'kan menjadi sepasang suami - istri namun sebagai status pernikahan kontrak tanpa sepengetahuan orang tua mereka masing-masing.
"Aku pulang," Riana melepaskan sepatunya dan meletakkan ketempat biasa.
"Kakak kesini deh!" Rania menarik tangan Riana.
Rania Samatha Adriani adalah adik paling bungsu dan kesayangan Riana. Usia Rania beda dua tahun dari Riana. Hidup Riana lebih bebas dari pada Rania.
Tetapi Riana masih belum puas dengan kebutuhannya, meskipun hidup mereka hidup mewah. Dia selalu berikan segalanya untuk Rania cewek manja masih berusia 22 tahun. Wajahnya cantik jauh lebih manis daripada dirinya.
"Ada apa?" Riana hampir terjatuh karena Rania menarik dirinya terlalu cepat.
"Lihat siapa yang datang?" Rania menatapnya senyum Riana berhenti menatap sosok seorang pria tidak di ingin di lihatnya itu.
"Kamu kok ada di sini?!" Riana semakin bingung dengan keadaan, belum cukup dengan kejadian di kontrakan rumah milik sahabatnya sekarang pria itu duduk sedang bersantai bermain dengan papanya di ruang tengah.
"Riana, kamu sudah pulang, bagaimana pekerjaanmu," Suara tidak asing sangat merdu itu adalah Mama Riana (Jenni) membawa minuman jus jeruk dan beberapa makanan ringan untuk tamu spesial di rumah nya siapa lagi jika bukan, Alman.
Skakmat!
"Ah! Kalah lagi!" Desis Alman telah kalah selama tiga kali oleh pria paruh baya yang sangat tegas itu (Papa Riana - Romeo)
"Hai, sayang! Akhirnya kamu pulang juga," Alman menyapa Riana.
"Apa? Sayang? Sayang kepalamu!" Batin Riana menatap musuh datang tanpa di undang.
****