Chereads / Cerita Si Tangan Perak / Chapter 6 - Kesalahan Yang Mahal 4

Chapter 6 - Kesalahan Yang Mahal 4

Kilauan cahaya terpancar dari api lilin, Seakan menari-nari dengan penuh kebahagiaan. Ruangan yang tidak begitu luas dihiasi lukisan-lukisan hasil seniman ternama. Lantai kayu berwarna coklat keemasan serasi dengan dinding batu dan pondasi ruangan. Atap berbentuk kubah dihiasi selusin lilin disetiap ujungnya. Benda pusaka Pedang berpasang Perisai buatan Peri menjadi pajangan yang menandakan bahwa ruangan ini milik seorang yang istimewa. Pedang peri terbuat dari bahan yang tidak pernah berkarat dan terus tajam walau di pakai untuk menebas apapun. Pedang peri ini di tempa pada saat bulan purnama, sinar dingin bulan menyerap kedalam pedang, membuat pedang terlihat menyala dalam kegelapan.

Seorang pemuda berdiri di balkon kamarnya, menikmati hamparan Padang rumput hijau yang dilintasi jalan menuju perbatasan kota. Udara segar terhirup masuk melalui rongga hidung bergumul dalam paru-paru tak lama keluar lagi melalui jalur nya. Gelas berisi teh sudah mulai dingin tapi pemuda itu menghiraukannya, ia tetap meminum teh itu sampai tak tersisa.

Pemuda itu berperawakan tegap rambut cepak hitam persis seperti ayahnya, Tapi memiliki jiwa dan pesona jauh berbeda dengan ayahnya. Ibu pemuda itu meninggal ketika ia berumur kurang dari 7 tahun. Kejadian yang membuat Raja terpukul dan mempengaruhi kehidupan Raja Harald 3.

"Norfous, bagaimana kabar anak ayah yang perkasa ini?" kata Raja Harald 3 sambil memeluk erat keturunan terakhirnya.

"Tak ada yang lebih baik dari pada bertemu seseorang yang aku hormati" jawab Norfous

Walaupun Raja Harald 3 memiliki sikap yang buruk tetapi Raja sangat menyayangi putranya, Raja selalu membanggakan Norfous melebihi keberhasilannya dalam memerintah kerajaan Nefer.

"Kau akan memimpin pasukan berkuda di temani Lord Edmund, sebagai anak Raja kau harus membakar semangat pasukanmu" Kata Raja Harald 3

Norfous mengangguk tanda dia memahami apa yang di perintahkan Raja sekaligus ayah bagi dirinya.

Percakapan Raja dan Pangeran masih berlangsung membahas perang melawan kerajaan Carium. Suasana ruangan begitu menarik dikarenakan pembicaraan yang mereka bahas.

Kedua penjaga istana berdiri di samping pintu, Penjaga berbaju jirah besi dilengkapi dengan pedang dan tombak. Setiap ruangan dalam istana dijaga minimal dua penjaga.

Prajurit kerajaan Nefer berlatih siang dan malam demi perang yang akan mereka hadapi. Para Lord bertugas mengumpulkan pasukan-pasukan yang tersebar di wilayah Nefer. Pasukan yang sudah bergabung mendirikan kemah di Padang rumput dekat istana Nefer.

Bintang-bintang yang sombong mulai

menampakan keagungannya di langit tanpa ada awan yang menghalanginya. Para prajurit duduk santai mengelilingi api unggun, di atas api unggun terpanggang kambing yang sudah matang dan siap di santap.

"Pertempuran melawan bangsa Carium akan tercatat dalam sejarah kerajaan Nefer, bait-baitnya di abadikan dalam perpustakaan istana Nefer" Kata Orgob si pemimpin regu

"Nefer harus bisa merebut Carium jika ingin di segani bangsa lain" Prajurit lain menanggapi pemimpinnya

Serentak tanpa komando, semua prajurit teriak "AYE!! AYE!!"

Pangeran Norfous belum istirahat, ia masih mengamati dan mempelajari peta di kedua tangannya. Bola matanya terus kesana kemari memahami gambaran hutan dan danau Carad. Pangeran berharap bisa menemukan celah dan kelemahan istana Caradum. Istana Caradum sekarang di lindungi benteng dan menara-menara, akan sulit di tembus dengan pasukan tanpa mesin atau alat.

Hampir sepertiga malam menuju waktu cahaya matahari pertama bersinar. Padang rumput di sekitar istana hampir tertutup oleh kemah tentara kerajaan Nefer. Tinggal menunggu titah sang Raja, tanpa basa-basi mereka akan bergerak serentak menghantam apa yang menghalangi jalannya.

Pemicu perang di sebabkan penjarahan rakyat Carium yang mengalami kelaparan, dengan membabi buta mereka menyerang peternakan putra Lord Edmund. Keributan yang memakan korban putra bungsu Lord Edmund. Sebenarnya Raja Harald 3 bersama tangan kanannya Lord Edmund sepakat untuk memicu perang dengan penguasa Carium tanpa sepengetahuan Lord lainya. Mereka berdua yang bertanggung jawab atas perang Nefer Carium. Raja Harald 3 mempunyai hasrat yang besar dipenghujung masa emasnya, yaitu Ingin menggabungkan dua kerajaan besar menjadi satu di bawah kepemimpinan dirinya sendiri.

Lord Edmund pemegang keuangan negara, Pedagang kaya raya, pemilik kebun terluas di wilayah Nefer. Kebun Lord Edmund melebihi luas Benteng dan Istana Caradum, tak menjumpai Lord di wilayah Nefer yang dapat menyamai pencapaian Lord Edmund dalam hal kekayaan. Kebun Lord Edmund di fasilitasi perkakas buatan bangsa Kurcaci, hasil kebunnya berupa buah, sayur dan rempah-rempah, terpasok hampir ke seluruh wilayah negeri. Untuk urusan bahan makanan bagi penghuni istana juga di sediakan dari hasil kebun Lord Edmund.

Selain kekayaannya yang berlimpah, Lord Edmund di berkahi empat orang anak, Tiga putra dan seorang putri. Paling bontot tuan muda Bastian, Bastian berlagak urakan, arogan dan sombong. Keahliannya di dunia perdagangan tak di pungkiri lagi. Ia jago dalam bernegosiasi sehingga bisnisnya cepat berkembang meninggalkan saingannya.

"Hancurkan kestabilan harga bahan pokok di kerajaan Carium, Beli semua Peternakan atau kebun yang ada di Carium". Kata Lord Edmund kepada si bungsu Bastian.

Bastian tampak heran dengan apa yang baru didengar telinganya.

"Perlu koin emas yang tak sedikit biar keinginan ayah terwujud" Kata Bastian.

"Besok adalah hari pertama bulan baru di musim dingin, berangkatlah ke Carium. Dastan menemani mu untuk mengurus masalah keuangan dan berkas-berkasnya, jadi kau tidak bekerja sendirian. Ayah juga menugaskan sepuluh pengawal untuk memastikan pembelian ini berhasil" kata Lord Edmund menegaskan.

Bastian bergegas menaiki kereta kudanya, Mulutnya sibuk menghisap daun tembakau yang ujungnya terbakar. Dastan 5 menit lebih dulu berada di kereta kuda itu.

"Apa persiapan kita sudah cukup?" kata Bastian memastikan.

"Lebih dari cukup Tuan muda" kata Dastan.

Bastian pergi membawa 6 kereta kuda penuh koin emas di kawal sepuluh pengawal terbaik kerajaan Nefer. Cukup untuk membeli belasan kebun dan peternakan di wilayah Carium. Tiga hari perjalanan tanpa hambatan, Bastian beserta rombongan sudah sampai di peternakan kambing milik rakyat Carium. Peternakan pertama yang mereka jumpai berada di belahan paling barat wilayah Carium, berbatasan dengan sisi Timur kerajaan Nefer.

Satu persatu peternakan dan kebun rakyat Carium di kuasai Bastian. Bastian selalu menawarkan harga yang tak masuk akal, tuan muda Bastian berusaha sebisa mungkin bernegosiasi tanpa menyebabkan keributan yang bisa membahayakan misinya. Para pemilik tak berpikir panjang dalam mempertahankan tanahnya, tawaran dari Bastian terlalu besar untuk di tolak. Adapun pemilik yang menolak untuk menjual tanahnya, Bastian tak ambil pusing, ia tetap akan membeli sebanyak mungkin hasil kebun atau peternakannya. Terkadang rencana tidak berjalan sesuai harapan, seorang pemilik peternakan sapi tak mau menjualnya. Dia bersikeras menyimpan hasil ternak untuk kebutuhan musim dingin. Selang waktu dua hari peternakan itu kebakaran, si pemilik dan keluarga ikut mati terbakar di dalam rumahnya. Rakyat dan petinggi daerah itu menyangka kebakaran yang terjadi adalah musibah biasa. Bastian memang licik dan pintar.

Wilayah Kerajaan Nefer tanpa di sadari meluas sedikit demi sedikit mengikis tanah Carium. Petinggi Carium masih di sibukkan oleh penyakit Raja Skov yang tak kunjung membaik. Mereka tak memperhatikan pesisian Carium yang sedang dalam bahaya besar.

Musim dingin telah berakhir, Raja Skov sudah di kebumikan. Istana masih disibukan dengan masa berkabung dan persiapan pengangkatan Raja baru. Lord dan petinggi Carium sibuk, mereka mengesampingkan rakyatnya. Tidak tahu bahwa keadaan rakyatnya terancam kelaparan.

Jadi rencana besar Raja Harald 3 dan Lord Edmund adalah mengambil alih kebutuhan pokok yang ada di wilayah Carium. Mereka membeli dan memonopoli hasil ternak atau kebun rakyat Carium. Hasil dari kebun dan ternaknya tidak di perjual belikan di wilayah Carium, tapi di kirim ke kerajaan Nefer untuk memenuhi kebutuhan pasukan yang akan berperang. Orang-orang yang berada di wilayah Carium menjadi serba sulit karena bahan pokok makanan yang langka. Koin emas yang di berikan oleh kerajaan Nefer lewat Bastian menjadi kurang berharga. Mereka punya koin emas tapi tidak bisa di tukar dengan bahan pokok makanan, Pasar tidak memiliki ketersediaan barang karena tidak ada pemasok yang biasa mengirim barang untuknya. Bisa saja mereka membeli dari bangsa lain, tapi harga yang di tawarkan sangat mahal akibat biaya transportasinya.

Berburupun tidak semua bisa melakukannya, hanya beberapa orang saja yang bisa berburu dan mendapatkan hasil. Hutan barat Carium masih sangat lebat dan baru sedikit yang sudah terjamah manusia. Beresiko tinggi untuk berburu di sana. Makhluk dari antah berantah selalu mengawasi hutan barat Carium.

Rakyat Carium memberontak karena perutnya lapar. Mereka tidak bisa melapor atau mengeluh, penguasa daerah sedang melancong ke Ibu kota mengurus masalah Istana. Rakyat Carium mengambil jalan pintas dengan menjarah peternakan dan kebun milik Bastian. Rakyat tidak percaya dengan alasan hasil ternak dan kebun gagal panen.

"Orang itu membodohi kita, aku yakin makanan kita ada di gudang nya" Sahut Tetua desa.

"Betul..aku melihat saban waktu kereta kuda bolak balik dari arah barat menuju perkebunan miliknya" Kata pemuda berbadan kurus.

"kalau kita diam saja anak istri kita akan kelaparan, kita harus melakukan sesuatu" pemuda lain menanggapi.

"Menunggu Lord kembali terlalu lama, kita harus cepat mengambil keputusan jika ingin perut kita terisi daging dan susu" kata Tetua desa.

Kesepakatan telah terwujud, Rencana sudah matang, tinggal eksekusinya. Mereka berkumpul dengan senjata seadanya, bersiap dan menunggu aba-aba dari pemimpin yang di pilih secara spontan.

Malang bagi nasib Bastian, ia kebetulan sekali sedang ada di peternakan yang ditargetkan untuk di jarah oleh warga desa. Ia akan berangkat besok pagi untuk menemui ayahnya. Biasanya Bastian berada di peternakan kambing bagian paling barat, tujuan utamanya agar memudahkan bertukar Informasi dengan Lord Edmund di Nefer. Bastian sesekali berkunjung ke semua asetnya untuk memastikan semua berjalan sesuai aturan.

Padudan mulai di nyalakan, wangi bunga Popi merebak di ruangan kerja Bastian. Pikirannya melayang-layang seakan dirinya berada di atas kubah langit. Penjaga hanya duduk-duduk santai sambil menikmati sebotol minumannya. Suara - suara binatang pengerat terhiraukan tak ada yang peduli.

Lambatnya waktu malam itu berubah seketika menjadi tragedi. Suara lontaran busur panah terdengar sayup-sayup seiring anak panah melesat cepat, menembus dada penjaga yang sedang mabuk minuman. Penghuni peternakan sekitar empat orang pekerja dan penjaga dua orang, di tambah Bastian menjadi tujuh orang.

Penduduk desa barat Carium berbondong-bondong memasuki peternakan, tangan kiri mereka memegang obor, tangan kanannya memegang benda tajam. Api melahap dan membakar dengan kekuatan panasnya, menghabisi apa yang bisa digapainya. Langit malam membiaskan warna merah, terpantul dari bangunan yang atapnya terbakar parah. Tak kenal ampun karena lapar, mereka menyerang orang-orang yang sedang beristirahat. Hilang sudah rasa kemanusiaannya yang muncul nafsu binatang. Semua manusia akan berubah ketika berurusan dengan perut, pikiran dan hati tidak bekerja dengan benar selayaknya manusia beradab, jiwa tertekan memicu nafsu setan memberontak.

Mendengar berita dari Carium, Lord Edmund seketika menunduk. Wajah tua nya terlihat jelas, kemarahan yang tak terbendung meluap tak ada yang bisa menahan.

"Tuanku Raja yang Agung, hamba adalah pengabdi tulus mu, tak pernah sekalipun hamba meminta kepadamu. Tapi saat ini harga diri hamba terluka, hamba hanya ingin balas dendam. Hamba ingin melampiaskan kemarahan ini." Pinta Lord Edmund kepada Raja Harald 3.

Raja Harald 3 berdiri dari singgasananya, berjalan dengan angkuh menuruni anak tangga yang dilapisi karpet merah.

"Edmund.. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau, balaslah dendam mu itu." Raja berbisik pelan di telinga kanan Lord Edmund.

Semua sudah terlambat, Raja Zerskov dan Lord Carium tidak bisa menyangkalnya. Semua memang berjalan cepat di saat waktu yang kelam. Raja Zerskov bergegas meninggalkan Caradum pergi mengunjungi hutan Barat tempat Penyihir bersemayam. Raja pergi secara diam-diam dan hanya ditemani dua pengawal pribadinya.