Disuatu pagi yang sejuk, jalanan di kotaku masih lah teramat sepi. Maklumi saja aku tinggal di salah satu kabupaten di Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Pagaralam Sumatera Selatan.
Dipagi hari yang sejuk ini, aku bersiap berangkat sekolah, apalagi hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Jarak dari rumah ke sekolah cukuplah jauh sekitar 15-20 menit mengendarai sepeda motor, tergantung kecepatannya lagi. Akses jalan pun bisa dikatakan cukup memadai.
Setelah semua persiapan selesai, aku segera mengeluarkan sepeda motor dari rumah dan langsung mau melaju ke sekolah. Aku gak sabar buat bertemu teman baru, selain itu buat hindarin polisi biasalah aku kan belum punya SIM, dibawah umur ceritanya.....
Saat aku mau melaju menggunakan sepeda motorku, Tiba-tiba ada suara memanggilku.
Raisa: Ranisa tunggu,
Ranisa: (menoleh) oh kak Raisa, kenapa kak
Raisa: Kamu lupa ya, dari dua hari yang lalu ayah kerja diluar kota jadi di rumah kita hanya punya 1 motor. Walaupun sekolah kakak dekat tapikan capek juga harus jalan. Kamu antarin kakak ke sekolah ya.
Ranisa: (ketawa) iya kak, maaf icha lupa. ayo naik kak kita langsung menuju ke sekolah kakak. Habis antar kakak aku langsung ke sekolah.
kamipun melaju ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Setelah pergi mengantar kakak aku langsung ke sekolahku.
....
Seperti dapat dilihat diatas, aku dan kakak Raisa tidaklah 1 sekolah. kakak Raisa sekolah di SMA di kecamatan kami sedangkan aku sekolah di sekolah favorit di pusat kota. Kakakku masuk sekolahnya bukanlah karena dia bodoh bahkan jika dibandingkan denganku dia sangatlah pintar bahkan selama SMP selalu dapat juara umum dan tingkat pertama SMA nya kemaren dia tetap dapat juara umum, sedangkan aku bisa masuk 5 besar sudah sangat bersyukur. Ada alasan sendiri kakak masuk ke SMA di kecamatan kami begitupun aku masuk SMA favorit di kota. Itulah perbedaan ku dengan kak Raisa tapi aku sangatlah sayang dan menghormati kak Raisa.
Setelah dua puluh menit mengendarai sepeda motor akhirnya aku sampai juga di sekolah, sekolah ini memiliki bangunan biasa saja, tata letak ruangan yang bisa dibilang berantakan. Tapi maklumi saja sekolah ini adalah SMA pertama yang dibangun di kabupaten ini jadi perlu penyesuaian dengan gedung yang ada untuk membangun gedung baru.
Walaupun sekolah ini biasa saja tapi prestasi siswanya terkenal luar biasa, mereka bisa bersaing dengan siswa dari sekolah di provinsi bengkulu secara umum dan di kabupaten ini secara khususnya. Aku sangatlah beruntung bisa masuk sekolah favorit ini dan aku akan berjuang untuk belajar sebisa mungkin dan menorehkan prestasiku juga di sekolah ini untuk membanggakan kedua orang tuaku dan bersaing dengan kakak Raisa.
Tidak berapa lama aku sampai di sekolah suara bel sekolah berbunyi, kami segera berkumpul dilapangan untuk mendengarkan pengarahan kepala sekolah di masa orientasi ini. Kesimpulannya adalah kami disuruh melihat pengumuman di kelas mana kami di tetapkan selama orientasi nanti setelah orientasi kelas tetap kami baru akan di bagikan.
Aku segera menuju papan pengumuman dan aku berhasil menemukan namaku, ternyata aku masuk ke kelas A selama masa orientasi dan aku lihat nama lainnya tidak ada yang aku kenal. Aku mulai merasa takut karena tidak ada teman sekolahku dulu yang satu kelas padaku, semangat didalam dada perlahan mulai redup seolah api unggun yang perlahan di siram air sedikit demi sedikit.
Aku berjalan menuju kelasku dengan kepala tertunduk dan tangan tidak berdaya. Sampai dikelas aku melihat mereka sudah saling mengobrol antara satu dengan yang lain seolah mereka saling lama mengenal, dan aku tetap diam dipojokan karena tidak berani menegur. Aku tidak menegur bukannya takut akan dibentak atau diteriaki tapi aku takut mereka tersinggung dan menyimpan benci.
Setelah cukup lama kami di kelas dan aku hanya menjadi pengamat yang baik, teman sekelaskupun juga seolah tak mempedulikan keberadaanku. Tiba-tiba masuk sesosok laki-laki yang tampan dan tinggi tapi sayang wajahnya tampak pucat sehingga mengurangi nilai ketampanan dan kharismanya. Aku akui kalo dalam menilai cowok tampan akulah ahlinya...
Laki-laki tampan itu masuk ke ruangan dan seketika kelas menjadi ribut dengan pembicaraan anak perempuan kelas ini tentang ketampanannya, seperti anjing yang menggonggong melihat tulang. Aku tetap tidak peduli dan tetas diam dipojokan. Karena bagiku setampan apapun laki-laki jika memiliki kulit pucat pasi tak ada kharisma makan biasa saja.
Saat aku tengah diam tiba-tiba ada yang menarik kursi disebelahku, aku lihat dia ternyata dia sih tampan pucat pasi. Dia duduk tepat disebelahku, dan seketika itu pula semua siswa yang awalnya tidak menyadari keberadaanku mulai berbisik dan melihat kearahku. Akhirnya keberadaanku disadari juga.