Tasya termenung saat berada di dalam pesawat. Sudah sepuluh menit berlalu sejak pesawat lepas landas meninggalkan Pulau Dewata. Dan kebetulan, tempat duduk di sebelahnya memang kosong karena adanya peraturan social distancing di masa pandemi seperti ini.
Akan tetapi, bukan hal itu yang menjadi alasan utama Tasya termenung sambil menatap gumpalan awan di luar kaca jendela pesawat. Melainkan karena Haris, target operasinya nanti.
Wanita itu menghela napas, tidak menyangka jika dirinya akan kembali menerima pekerjaan murahan seperti itu. Pekerjaan yang sudah lama dia tinggalkan sejak mengenal Rama.
Rama memang bukan pria yang kaya raya. Bukan pula berasal dari keluarga kerajaan atau pejabat negara. Rama hanya orang biasa yang selalu membuatnya nyaman. Tasya sadar, jika Rama memang bukan milik dirinya seutuhnya. Hanya saja, setiap berada di dekat lelaki itu, Tasya merasa nyaman.