Embun pagi membasahi dedaunan. Hangatnya sinar mentari menggelitik wajah Liam. Dia memaksa membuka mata. Membiarkan sinar hangat itu menusuk kornea matanya. Silau.
Perdebatan tadi malam tidak menemukan sebuah hasil akhir. Yang ada hanya pembelaan diri masing-masing dan beradu argumen. Tidak ada yang mau kalah.
Liam hanya tertidur selama tiga jam. Kedua matanya masih ingin tidur, tetapi hati dan pikirannya tidak. Hatinya teriris akibat keputusan sang Daddy. Sedangkan pikirannya terkuras memikirkan Soraya.
Lalu sang Bunda? Beliau tidak bisa berbuat apa-apa. Terjebak di antara kekecewaan dan juga ketidakberdayaan. Beliau sudah berpasrah kepada keputusan sang suami. Lagi pula, baginya, anaknya itu memang harus segera bertanggung jawab pada teman wanitanya.