Liam termenung di dalam kamarnya. Dengan kedua tangan yang melipat, menopang kepalanya. Lelaki itu asyik memandangi langit-langit kamarnya. Mungkin, sudah satu jam lebih dia habiskan hanya untuk berpikir. Kembali mencerna permintaan yang tiba-tiba saja dia ajukan kepada bundanya.
Konyol? Memang.
Permintaan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Liam sadar saat mengatakan itu. Dan lagi, tidak ada unsur pemaksaan saat itu. Liam hanya berniat ingin menjaga Soraya dari lelaki yang memanfaatkannya itu. Ya, Reyhan.
Tiba-tiba saja ponsel Liam berdering. Dia segera bangun dari tempat tidurnya. Melangkah mengambil benda tipis ajaib itu yang ia letakkan di atas nakas televisi. Nama Ceril tertulis jelas di layar ponselnya.
Sejenak Liam berpikir untuk menerima telepon itu. Dia malas meladeni kemanjaan Ceril yang tidak kunjung mereda. Sudah seperti anak kecil saja. Setiap hari inginnya selalu di manjakan dan ditemani.
