Sesaat setelah Steven mengucapkan kata minta maaf, air mata Fanny keluar dengan natural, membasahi wajah perseginya yang memiliki dagu tegas dan garis rahang yang kuat.
Tanpa berpikir panjang lagi, Steven langsung merengkuh Fanny dalam pelukannya dan membawanya ke kursi tunggu. Hanya itu cara yang dia tahu menenangkan seorang, karena Steven sering melakukan itu pada Aleeya, dan selalu berhasil membuat putrinya tersebut tenang.
Dan ternyata aksi coba-coba itu berhasil. Fanny terlihat tenang, bahkan ada tampak segurat kebahagiaan dari potongan wajahnya.
"Maaf, tidak seharusnya aku memarahimu seperti tadi." Steven memberanikan diri mengakui kesalahannya.
Fanny tersenyum manis. Kebahagiaan itu tidak dapat disembunyikan.
"Tidak apa, aku mengerti perasaanmu."