"Bos, apa kita langsung pergi sekarang?" tanya Liu. Ia menyadari kekosongan pikiran Hans. Karena hal itu terlihat sangat jelas dari setiap langkah kaki yang dilaluinya.
Tidak peduli apa pun pandangan orang tentang Hans, bagi Liu, Hans tidak hanya seorang bosnya, melainkan lebih dari itu. Melihat kondisi Hans yang seperti ini, membuat hatinya pun ikut terasa sakit.
Namun, Hans tidak mendengar teguran Liu, walau sudah dengan suara yang cukup lantang.
"Bos..." ulang Liu, kali ini ia menyentuh pundak Hans agar kembali sadar ke kondisi saat ini.
"Eh-" Hans terperanjat dari lamunannya. "Maafkan aku," lanjutnya.
"Ayo, kita kembali, boss," ucap Liu.
"Hemp ... Tentu saja," balas Hans.
Baru beberapa langkah yang dilalui Hans, ia pun kembali tersadar, yaitu mengenai tujuannya datang ke sini.
"Tidak. Aku belum melihat Aleeya," sentak Hans.
"Boss?"