Liu dan Norman datang menghadap Hans, ingin melaporkan hasil pekerjaan mereka.
"Bos, mohon maaf. Anak itu sudah tidak terlihat lagi di sekitar bandara ini," ucap Liu.
Walau merasa sedikit kecewa, tetapi ia pun pasrah.
"Baiklah, ayo kita kembali saja," jawab Hans.
Apa lagi dan lagi aku ditipu oleh sebuah harapan? Sebenarnya apa yang pikirkan, umpat Hans dalam hati.
Keesok paginya.
"Mama bangun... aku sudah memasak," teriak Hansen, membangunkan Fanny dari meja makan.
"Ada apa setan kecil, pagi-pagi sudah membuat keributan!" umpat Fanny.
"Lihat, aku sudah masak. Bukankah kau merindukan masakanku? Sekarang mandi lalu nikmati masakan lezatku."
"Aduh sayangku, buah hatiku. Kau memang permata hatiku. Aduh sungguh nikmatnya menjadi seorang ibu jika memiliki anak yang sangat jenius sepertimu," puji Fanny sambil mengelus-elus rambut Hansen.
"Mama angkat, hentikan! Mandi sekarang, nafasmu sungguh bau!"