(On My Wedding Day/ Di Hari Pernikahanku)
Setelah berkunjung ke candi Borobudur sebagai acara perkumpulan reunian silahturahmi alumni SMA Harapan Jaya. Karena keesokan harinya sebelum semua kembali ke aktivitas masing-masing bekerja di Jakarta. Kami berkunjung ke candi Prambanan ,pantai Parangtritis dan juga ke Malioboro untuk membeli oleh-oleh ke sanak keluarga kami. Di ketiga tempat yang telah kami kunjungi. Kami berswafoto bersama sebagai kenangan kalo kami pernah berkunjung kesini bersama-sama.Saat sedang asyik memilih oleh-oleh di Malioboro. Baxia menghampiri ku.
" Banyak banget nih beli oleh-oleh nya" ujar Baxia di sampingku.
" Iya soalnya aku punya banyak keluarga besar. Jadi wajar lah kalo beli oleh-oleh segudang" ujar Kadita sambil memilih baju batik wanita dan pria untuk orangtua serta ponakannya.
" Owh begitu ya. "
" Tolong di bungkus semua ya Bu. Totalnya berapa? ujar Kadita bertanya ke ibu pedagang batik.
" Totalnya Satu juta lima ratus nduk" ujar ibu sambil membungkus batiknya.
" Ini Bu. kembaliannya buat ibu aja" ujar Baxia yang menyodorkan uangnya untuk membayar batik Kadita.
" Lah kok Elu jadi yang bayarin sih? ujar Kadita menarik tangan Baxia.
" Udah enggak apa-apa. Gue ikhlas kok" ucap Baxia yang membantu Kadita membawakan tas belanjaan nya.
" Mana nomer rekening lu. Gue transfer aja duitnya ke nomer rekening lu. Gue enggak mau utang Budi Ama elu" ujar kadita sambil menyodorkan hapenya.
" Udah gak usah di pikirin. Gue ikhlas kok tadi bayarin belanjaan elu. Gak ada maksud juga buat elu bayar ini semuanya. Gue cuman pengen elu bayar nya nanti pas di Jakarta. Traktir gue makan ma nonton ya!!" Ujar Baxia tersenyum.
" Tapi kan belanjaan gue lebih banyak dari permintaan elu." ujar Kaditapun penasaran dengan sikap Baxia yang terlalu royal.
" Ya itu mah gampang. Kita bisa sering ketemuan simple kan. " ucap Baxia sambil tertawa.
" Yowelah kalo itu mau elu. Tapi gue hanya bisa ketemuan di pas jam gw gak sibuk ya." ujar Kadita sambil tersenyum.
" Okelah kalo begitu. Semua bisa di atur sesuai jadwal kerja elu deh. "
Dan setelah melakukan belanja di Malioboro. Lalu mereka pun akhirnya mencari tempat makan pinggiran depan Malioboro. Mereka pun akhirnya sepakat untuk makan nasi pecel dan nasi gudeg di pinggiran jalan sambil di temani jahe susu dan kopi Joss.
" Elu tinggal ngekost atau sama orangtua? tanya Baxia sambil menikmati makanan nya.
" Gue masih tinggal bareng orangtua. Emang kenapa? tanya Kadita sambil minum susu jahe.
" Enggak apa-apa cuman nanya aja. Emang gak boleh ya kalo gw nanya dan penasaran sama kehidupan elu? tanya Baxia ramah.
" Iya enggak apa-apa sih. Gue cuman aneh aja ma cowok yang baru kenal. Baru Deket udah bayarin belanjaan cewek yang baru kenal. Padahal bukan siapa-siapa"
" Iya mungkin sekarang gue bukan siapa-siapa elu. Tapi kan berjalannya waktu kita gak akan tahu kedepannya seperti apa. Kita masih berteman kah? Atau kita jadi sepasang kekasih? Atau malah jadi suami istri? Cuman Allah yang bisa tau jalan hidup hambanya" ujar Baxia seperti ceramah.
" Iya juga sih. Cuman gue gak mau terlalu berharap aja. Dan enggak mau terlalu tinggi sampai mikirin hal itu. Takutnya jatuh dan sakit hati. Mending gue bicara realitas aja. Biar sadar diri aja siapa gue sebenernya." ujar Kadita merendah diri.
" Ini yang bikin gue makin suka Ama elu. Setiap elu gue puji gak tinggi. Alias gak sombong. Malahan jadi rendah diri seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk. Semakin di perhatikan semakin bikin jatuh cinta" ucap Baxia sambil tertawa.
" Ah bisa aja nih tukang kopi Joss" ujar Kadita tertawa.
" Hahahaha... iya nih neng. Temenin Abang dangdutan yok" ujar Baxia meledek.
" Ih najis dah dangdutan. Emang elu pikir bang gue cewek apaan??!!!" ujar Kadita membalas lawakan Baxia.
Malam semakin larut. Dan mereka kembali ke hotel. Baxia pun berpamitan dengan Kadita untuk kembali ke Jakarta. Sedangkan Kadita masih melanjutkan cuti liburannya selama sebulan sebagai moment berintrospeksi diri sekaligus sebagai waktu untuk mefreshkan pikiran yang lelah dan berat yang selama ini di jalaninya. Sudah hampir seminggu pula Harith tak memberinya kabar. Dulu waktu awal pendekatan harith rajin banget hubungi Kadita. Mungkin benar kata orang tua zaman dahulu. Kalo pria suka wanita pasti akan selalu mengejar dan berkorban sampai bisa memiliki nya. Tapi setelah memiliki nya pasti akan bersikap cuek karena merasa telah memiliki nya seutuhnya. Dan sering terjadi di dalam dunia percintaan. Setelah perpisahan dengan semua teman alumni SMA. Kadita melanjutkan perjalanan nya dengan menginap di hotel dekat pantai Indrayanti.Mencari penginapan dekat pantai adalah hal yang di sukai pengunjung. Apalagi pengunjung yang suka melihat sunset dan sunrise. Adalah pemandangan yang indah serta istimewa buat semua pengunjung terutama Kadita. Saat sedang berjalan di tepi pantai sambil menunggu sunset tiba. Dering hapenya berbunyi terlihat Harith menghubungi Kadita dengan video call. Tanpa berpikir panjang Kadita mengangkat panggilan telponnya.
" Hai,sayang! Apa kabar? Maaf seminggu baru ngasih kabar. " ujar Harith.
" Iya,aku Alhamdulillah baik".
" Kamu lagi dimana? kok di pantai? Gak ngasih kabar aku?
" Ah ngapain juga aku ngasih kabar kamu. Setiap aku WhatsApp aja kamu sering lama balasnya. Aku jadi males ngasih kabar ke kamu."
" Kok kamu begitu sih? Aku kan di awal udah bilang minta maaf Ama kamu. Bulan depan aku balik ke Bandung. Kerjaan aku udah kelar. Hanya bikin laporan aja.''
" Ah selalu begitu. Nanti juga ujungnya omong doang"
" Enggak beneran kali ini mah aku bakalan balik ke Bandung bulan depan.
"Aku lagi di Jogja. refreshing otak. Abis gak pernah traveling selama 4 tahun lebih. Aku cuti Sebulan buat me time aku. Niatnya mau liburan ma kamu. Tapi kamu kan jauh dan juga gak jadi balik bulan ini."
" Iya maafin ya sayang. Next time kalo ada waktu luang kita liburan bareng ya sayang. Maafin aku ya."
" Ini terakhir kali aku maafin. Kalo kamu ingkar janji lagi. Aku gak bakalan maafin. " ujar Kadita mengancam.
" Iya siap sayang. Kamu sendiri atau sama asisten? tanya Harith lagi.
" Aku sendirian. Sengaja enggak pengen di ganggu. Makanya aku cuti Sebulan. Biar aku gak jenuh kerjaan mulu".
" Ya udah kamu have fun disana. Jaga makan. Jaga kesehatan. Jangan nakal karena jauh dari aku. Kabarin kalo balik ke Jakarta. Jangan ngambek terus ntar cantiknya hilang.I Miss you"
"iya sayang. I Miss you too".
Kadita mengakhiri telpon nya. Lalu sebentar berswafoto saat sedang sunset untuk di abadikan di sosial media.Dan kembali ke hotel untuk dinner dan istirahat. Kadita bersyukur menjalani hubungan dengan harith yang sudah paham dan hafal betul sifatnya. Selalu minta maaf dan mengakui kesalahannya di banding dengan mas Ferdi yang dingin dan kaku dalam menjalankan hubungan rumit tanpa status. Makanya Kadita mengakhiri hubungannya karena sudah tak kuat menghadapi sifat dan sikapnya yang terlalu cuek terhadap nya. Hubungan yang lama tak menjamin bisa langgeng ataupun bisa saling memahami atau pun mengerti Sifat masing-masing. Semua itu tergantung dari kedua pasangan dalam menyikapi nya. Namun bila dua duanya saling cinta,saling sayang dan saling pengertian tidak akan membiarkan pasangan nya bersedih maupun terluka hatinya.