"Gandeng teros, iyak takut ilang, ikat terus, iyak, lama – lama bersaing dah sama truck," sindir Bang Tio. Aku tertawa melihat Keyna melotot dan Bang Arga hanya tertawa mendengar sindiran itu.
"Sirik aja lo Bang! Gandeng tu daun pisang!" ucap Keyna dengan kesal.
"Yaudah deh gua sama Sanny aja. Semuanya pada berduan hiks …" rengeknya berpura – pura sedih dengan menyeka air mata kering buaya.
"Berani lo nyentuh Sanny abis lo Bang!" ancam Raza dengan menyengir, wajahnya bukan kek ngajak gelud tapi kek nagjak iparan.
Aku terkikik geli. "Yak ilah, posesif banget," ledekku.
"Tau ni Raza pelit banget! Gak kasian apa sama gua? Gua paling tua tapi gua jomblo. Liat tu Keyna sama Arga, Tia sama Rega walaupun berantem mulu, Zoya sama Arno, lah tinggal Sanny aja yang sendiri tuh," protes Bang Tio mengeluh karena ia juga taka da pilihan karena hanya Sanny yang sendiri. "Kalau gak gue aja yang sama Disya lo sama Sanny," tawarnya.