Tiga hari terakhir akhirnya berakhir dengan indah, kami menikmati aktivitas honeymoon kami yang berpindah keluar kamar. Aku menghela napas, menatap luar jendela pesawat. Hari ini kami pulang, bukan pulang ke Jakarta, kami pulang ke London, kota dimana Yuna terlahir kembali. Terasa berat untuk meninggalkan Indonesia tercinta saat ini, tetapi aku harus tetap meninggalkannya. Selamat tinggal negaraku, tercinta.
"Kamu kenapa?" Dirga mengelus pipiku, membuyarkanku dari lamunan.
Aku menggeleng dan mencoba tersenyum ke arahnya, menutupi kesedihan yang begitu berat. "Berat rasanya pergi dari tanah air tercinta," kataku.
Dirga menghela nafas dan membawaku ke dalam pelukannya. Sesekali dia mengecup puncak kepalaku yang ditutupi dengan jilbab. "Maafin aku. Aku kira kamu bakal seneng kalo kita tinggal di sana."
"Tidak apa – apa sayang. Aku senang, dan aku bahagia. Aku selalu bahagia kemana pun asal dengan kamu," ujarku jujur.