"Kak Yuna?" terdengar suara Zahra memanggilku yang duduk menanti dirinya. Aku menoleh ke arahnya, lalu berdiri kecil menghampirinya. Merasa bersalah, telah berpikir salah sangka dengannya. Jujur, ini semua da sangkut pautnya dengan rasa sakit yang pernah aku rasakan, kekecewaan yang begitu membekas.
Ia terlihat murung, kurentangkan tangan meraihnya dan memeluknya dalam dekapanku. Zahra membalas pelukanku. Dia hanya diam tapi aku tau dia sedang menangis.
Kuelus punggungnya, lalu setelah cukup lama, aku ingin membawanya pergi dari sana dan pulang ke rumah Nuna, namun ia menahanku untuk melepaskan pelukan kami, sembari berkata pelan, "Apa ini namanya cinta kak?" terdengar lirihannya yang begitu menyedihkan.
Namun, setelah itu pada akhirnya Zahra yang melepaskan sendiri pelukan kami. Aku mengenggam tangannya lalu berbicara dengan Dirga.
"Aku pulang ya?" ucapku berpamitan.
"Mau aku antar?" tawarnya.