Setelah tahu kepulangannya yang begitu tiba-tiba aku bergegas mandi dan bersiap lalu memberitahukan kepada asistenku bahwa hari ini aku akan terlambar karena aku harus mengantar adikku, Venya. Saat di pintu keberangkatan kami saling berhadapan, Venya menghambur ke dalam pelukanku, kami pun berpelukan dengan erat. "Kalau pulang ke Indonesia kabarin ya Kak?" bisiknya, aku pun mengangguk. "Aku bakal kangen deh sama kakak," ucapnya begitu sedih ditelingaku membuatku ikut merasakan apa yang ia harapkan.
"Tapi kita bisa skype kayak biasanya kan?" tanyaku memberikan alternative lain jika kami saling merindukan.
"Iya sih, tapikan beda. Aku pengen deh kakak jadi kakakku, boleh?" ucapnya.
"Walaupun kita gak sedarah kamu adikku kok!" kueratkn pelukanku padanya.
"Gak mau kayak gitu," ujaarnya terdengar sedih. Lalu tiba-tiba seakan memiliki ide yang bagus ia bertanya padaku, " Gimana kalau kakak jadi kakak iparku aja ya?" tanyanya.