Yohan meletakkan tas kerjanya diatas meja kemudian pergi mandi. Setelah selesai mandi Yohan berpakaian dan mengambil handphonenya kemudian menelepon Tiara.
" Hallo...siapa ini" suara Tiara.
"..." Yohan tidak mengucapkan sepatah kata pun ia hanya tersenyum mendengar suara Tiara.
" Hallo... hallo...hallo" ucap Tiara yang mulai jengkel.
"....." Yohan tetap belum menanggapi ucapan Tiara.
" Hallo...Hai orang gila, jika kau tidak segera bicara aku akan menutup telepon ini" ucap Tiara yang sudah emosi.
" Hai wanita...semudah itukah kau melupakanku" ucap Yohan.
" Kau...kau Yohan, apa mau mu? Aku tidak punya urusan denganmu" ucap Tiara.
" oh ya... benarkah kau tidak punya urusan denganku?"ucap Yohan menyeringai.
" Tentu saja...semua sudah selesai" ucap Tiara.
" Heem... Baiklah jika kau berubah pikiran, kau boleh menemuiku" ucap Yohan menutup telepon dengan senyum.
" Sial! apa yang dipikirkan wanita bodoh ini, bisa-bisanya dia melupakan aku begitu saja.
Apa dia sama sekali tidak mengingatku? Sial! Wanita ini, mengapa aku teringat terus kepadanya?" Pikirnya.
"Ya sudahlah, biarkan permainan ini berlangsung dan juga ini baru dimulai" Gumamnya.
Yohan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memejamkan mata kemudian tertidur lelap.
KEESOKAN HARINYA
Pagi-pagi buta Jerry Jiang sudah marah-marah dan membanting barang-barang yang ada di atas meja.
Jerry jiang baru mengetahui bahwa semua kegagalan tiara di kantor cabang adalah ulah dari putri sulungnya Tara Jiang.
Tara yang merayu para investor untuk menolak semua pengajuan kerjasama yang di lakukan oleh Tiara ke perusahaan mereka.
perbuatan Tara ini membuat Jerry Jiang harus menanggung kerugian materi yang cukup besar dan juga penolakan Tiara untuk menikah dengan Yohan memperparah kemarahannya.
"Sial! Kalian berdua benar-benar tidak berguna." Jerry Jiang mengumpat kepada kedua putrinya.
Plakk...
Jerry Jiang menampar wajah Tara. "Tara, enyahlah kau dari rumah ini!" Teriak papanya.
Mata gadis ini mulai nanar dipenuhi dengan air mata dan juga emosi di dalamnya.
"Memang siapa juga yang betah tinggal di rumah ini. Tetapi ia masih memerlukan semua fasilitas yang di berikan oleh papanya. Aku harus cari cara supaya tetap tinggal di rumah ini" pikiran Tara.
" Papa...jangan usir aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi" kata Tara kepada papanya. Namun Jerry Jiang sudah sangat murka, ia menolak permintaan maaf dari putri sulungnya itu.
"Tidak! Cepat pergi!" Teriak papanya sekali lagi.
"Sial! Papa benar-benar marah. Lebih baik aku pergi dulu, baru nanti mencari cara lagi untuk bisa masuk kedalam rumah keluarga Jiang lagi" gumam Tara.
Tara terpaksa meninggalkan kediaman keluarga Jiang untuk sementara sampai kemarahan papanya mereda.
Tiara masih terdiam di tempatnya. Ia merasa nasibnya juga tidak akan lebih baik daripada Saudarinya itu.
"Tiara! Jika kau masih ingin tinggal di rumah ini. menikahlah dengan Yohan atau papa akan mencarikan laki-laki kaya yang lainnya" kata papanya.
"Aku tetap dengan keputusanku" jawab Tiara yang tetap menolak.
"Oke. Jika kau tidak mau dengan Yohan, maka aku akan mencari laki-laki lainnya" kata papanya yang kemudian pergi meninggalkan Tiara.
RUMAH JONATAN
Ting tong ting tong...suara bel pintu. krataaakkk....suara pintu terbuka terlihat Tara didepan pintu. Jonatan sudah menebaknya, memang kemana lagi gadis ini akan pergi jika diusir dari rumah...tidak lain pasti akan datang ke rumahnya.
"sayang...papa mengusirku dari rumah"ucap Tara manja.
" ya sudah ....masuk saja dulu, nanti kita bicara lagi" ucap Jonatan.
Tara segera masuk kedalam rumah, seperti biasanya Jonatan selalu hilang kendali jika didekat wanita cantik ini. Tara memang sangat cantik dan seksi bisa dikatakan sangat menggoda.
bruaakk...suara koper dilempar.
" sayang...kamu mau apa? aku sedang tidak ingin melakukan itu. hatiku sedang jengkel, bagaimana mungkin kamu masih punya selera untuk itu" ucap Tara.
" sayang...ayolah, semua ini akan bisa diselesaikan dengan mudah. kamu percaya saja denganku" ucap Jonatan.
"Auugh...berhenti sakit tahu, kamu ini seperti vampir saja suka menggigit. sudah cukup...aku ingin dengar rencana mu" ucap Tara menghindar dan merapikan bajunya.
" begini...besok kamu akan menemui papamu. kamu meminta maaf. kamu bilang saja, kamu melakukan ini hanya karena kamu tidak ingin menikahi Yohan itu" ucap Jonatan.
" sayang... Kamu terlalu meremehkan papa. dia bukan orang yang bodoh dan mudah dikelabui. Kamu anggap papa akan melepaskan orang yang menghancurkan rencananya begitu saja" ucap Tara.
" emm...kalau itu tergantung seberapa lihai kamu berakting di depan papamu, siapa dan bagaimana cara mengambil hatinya kamu yang lebih tahu" ucap Jonatan.
" oke baiklah...besok aku akan menemui papa, setidaknya aku tidak harus tidur dijalan malam ini. daaa..." ucap Tara meninggalkan Jonatan dan menuju kamar tamu.
DIKANTOR JIANG GRUP
Ke esokan paginya, Tara menemui ayahnya untuk minta maaf dan berharap bisa kembali lagi kerumah saat Jerry ada didalam ruang kerjanya.
Tok tok tok...suara pintu diketuk. Jerry mempersilahkan masuk tanpa tahu siapa yang ada dibalik pintu, ketika dia melihat Tara yang masuk alangkah marahnya Jerry. Ia tak Sudi lagi melihat wajah anaknya itu dan mengusir Tara keluar ruangan.
" Papa ! Dengarkanlah dulu penjelasanku, tolong beri aku satu kesempatan untuk menjelaskan" ucap Tara memelas.
" Baiklah...katakan dan cepat pergi kau dari sini" ucap Jerry.
" Papa! aku melakukan ini dengan terpaksa, aku tidak ingin menikah dengan Yohan. sedangkan Jonatan sudah putus dengan Tiara sebelum makan malam waktu itu. bukankah sama saja, siapa yang akan menikah dengan Yohan nanti, aku atau Tiara kita sama-sama putri papa" ucap Tara.
" Kau memang anak yang tidak tahu malu, gara-gara ulahku aku sudah tidak punya muka lagi untuk meminta pernikahan dengan Yohan" ucap Jerry menggebrak mejanya
" Jika papa percaya padaku, aku akan membuat mereka bertunangan bahkan menikah" Tara menawarkan kerjasama.
" Oke...jika kau bisa buktikan ucapanmu, maka papa akan membiarkan kamu kembali kerumah" Jerry Jiang menyetujui perkataan Tara.
"Sayangnya...Jika papa ingin aku membantu papa, maka aku harus kembali ke rumah sekarang" Tara memberikan syarat atas bantuannya kepada Papanya.
-