Pagi telah tiba. Alfi memutuskan untuk segera bersiap menuju bandara. Pagi ini dia sudah mengiyakan perkataan Jailani untuk mengantar lelaki itu ke bandara. Berasa jadi sopir.
"Sarapan dulu, Al," panggil Syabil saat melihat sang putra menuruni undakan tangga.
"Nanti aja, Mi, aku ada urusan mendesak," ujarnya.
Syabil membiarkan saja. Putranya sudah dewasa dan tidak perlu lagi harus dipaksa. Syabil melanjutkan kegiatannya menata bunga di ruang tamu. Sedangkan Alfi sudah berada di dalam mobilnya.
"Iya bawel! Ini gua jalan," ujar Alfi lalu meletakkan ponselnya.
Jailani benar-benar cerewet. Sahabatnya itu takut Alfi masih tidur dan melupakan dirinya. Cih, seperti tidak ada taksi saja di ibu kota yang luas ini.
Setelah menjemput Jailani di apartemennya, Alfi langsung menancap pegal gas mobilnya menuju bandara. Dia ingin segera mengantarkan Jailani agar sahabatnya itu cepat pergi dan berhenti mengoceh. Alfi pusing mendengarnya.