Viona merasa dadanya sesak. Seumur hidup, baru kali ini dia merasa benar-benar rendah. Lahir dan besar di keluarga yang cukup berada dan dilimpahi kasih sayang, Viona tidak pernah diperlakukan seenaknya.
Tapi sejak semalam, dirinya merasa dunianya berbeda. Viona yang dihargai tidak ada lagi. Hampir saja menjadi korban pemerkosaan dua laki-laki, dan beberapa saat lalu dituduh sebagai jalang.
Bibir Viona bergetar dan kakinya lemas. Perempuan itu meraih dinding di dekatnya untuk berpegangan. Alfi yang melihatnya tentu saja khawatir. Apalagi wajah pucat Viona menandakan kalau perempuan itu syok berat.
"Maaf," ujar Alfi.
Alfi membantu Viona untuk berjalan ke sofa dan duduk di sana. Bel apartemen berbunyi dan Alfi yakin kali ini pasti pesanannya yang datang. Dia dan Viona butuh tenaga untuk menghadapi hari ini. Apalagi menghadapi Syabil yang salah paham seperti tadi benar-benar menguras banyak tenaga.