"Bunda.... Jemput Rara...."
Entah berapa lama Rara menangis karena yang dia tahu, ada seseorang yang kini merengkuhnya ke dalam pelukan. Rara semakin terisak. Aroma ini... Rara sangat hafal.
"Nangis, lepasin semuanya. Jangan ditahan."
Rara semakin menangis dengan kencang. Bahkan dia tidak lagi mengingat di mana dia berada saat ini. Yang ingin dia lakukan hanya menangis agar semua beban di dadanya berkurang sedikit.
Elusan lembut di rambutnya membuat Rara balas memeluk tubuh lelaki di depannya dengan erat. Rara seolah menumpukan semua kekuatannya pada lelaki itu.
"Kita pulang?"
Rara menggeleng untuk menjawab pertanyaan dengan nada berbisik lembut itu.
"Mau pergi," ujar Rara dengan suara paraunya sehabis menangis.
"Ke mana?"
"Ke mana aja. Nggak mau pulang pokoknya," kata Rara menghela napas lelah.
"Ayo, ke apartemen Abang aja ya?"