Darka mengerang dan mendesis saat tangan Tia menerobos masuk ke dalam celananya dan menggenggam batang keras itu dengan jari lentiknya. Tia juga mengelus perlahan membuat Darka dengan gemas menggigit leher Tia.
"Sayanghh... Teruuss... Shit! Enak banget."
Tia merasa senang karena Darka menyukainya. Dia akan membuat Darka lupa rasa perempuan-perempuan di luar sana yang pernah kekasihnya itu cicipi.
Darka hanya akan mengingatnya saja.
"Boleh aku lihat?"
Darka mengumpar berkali-kali saat matanya dan mata Tia bertemu. Gadisnya liar dan polos dalam waktu bersamaan.
"Wait, telpon mommy dulu. Kalo mereka masih lama, kamu bisa lihat sesuka hati."
Tia mengerucutkan bibir menunggu Darka menelpon Cecil.
"Aman," ujar Darka saat lelaki itu kembali meletakkan ponselnya di atas meja sebelah ranjang pasien Tia.
"Masih lama ibu dan mommy kamu makan?"
"Hm, yang lain baru datang dan nyusul ke sana. Bakal lama itu ngobrolnya."