Tia beberapa kali menguap dan mengusap wajahnya. Dia ngantuk. Tapi semua orang menitipkan Darka padanya untuk sementara.
Bara dan Cecil sedang menunaikan ibadah isya di mushollah rumah sakit. Sedangkan yang lain pamit pulang karena anak-anak mereka mulai rewel.
Tia menatap wajah damai Darka. Kepalanya diperban karena ada luka yang cukup serius di sana. Sedangkan wajahnya habis tergores pecahan kaca.
Melihat keadaan Darka seperti ini membuat Tia meringis. Mata Tia sudah cukup bengkak karena tadi ikut menangis bersama Cecil.
Ponsel Tia bergetar. Gadis itu segera merogoh sakunya dan melihat ibunya yang mengirimkan pesan.
Astaga. Tia lupa mengabari ibunya. Bahkan gadis itu juga berjanji akan membelikan makan malam untuk mereka.
Tia segera beranjak keluar kamar inap Darka dan mendial nomor Desi. Syukurlah wanita itu segera mengangkatnya. Bahkan suara Desi terkesan khawatir saat menanyakan keberadaannya.