Tia menghela napas saat bangun tidur di pagi hari ponselnya bergetar dan satu pesan masuk dari bank. Darka benar-benar menepati janjinya untuk mentransfer 400 juta ke rekeningnya.
Satu pesan lagi masuk. Kali ini dari Darka. Tia kembali menghela napas. Dirinya harus rela selama dua bulan akan menjadi budak seks Darka.
"Nggak papa, Ti, kamu kuat!"
Kalimat itulah yang selalu Tia rapalkan untuk menyemangati dirinya. Tidak masalah hidup harus kejam padanya. Tapi dia tetap harus menyayangi hidupnya.
"Bu?"
Tia mencepol asal rambutnya lalu berjalan keluar kamar untuk mencari ibunya.
"Di dapur," sahut ibunya.
Tia melihat Desi, ibunya, tengah berdiri sambil menggoreng entah apa itu di depan kompor.
"Nanti Tia pulangnya agak larut ya, Bu. Ibu tidur duluan aja nggak papa."
"Mau ke mana?"
"Mau ke tempat Gracia. Ada perlu."
Desi mengangguk dan tersenyum. "Duduk dulu, kita sarapan. Ibu udah masakin telur dadar kesukaan kamu."