Arta dan Pino duduk di sofa dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Bara mendengar penjelasan dari Rifki melalui saluran telepon Pino.
Arta dan Pino sama sekali tidak tahu apa yang tengah kedua orang itu bicarakan. Yang jelas ini masih bersangkutan dengan kejadian tadi malam.
Deana mungkin bisa lupa dengan mudah. Namun Pino sama sekali tidak bida lengah.
Arta memandang Pino dengan tatapan serius membuat iparnya itu mengernyitkan dahi.
"Lo nggak kepikiran ini bukan ulah orangtua lo?"
Pino menggeleng tidak yakin. "Mereka di Jerman."
Arta memutar bola mata jengah. "Mereka memang di Jerman. Tapi orang suruhannya bisa di mana-mana."
Benar. Pino melupakan satu hal. Sial.
"Gue ke bawah dulu. Lo jaga Deana. Jangan sampai dia keluar dari suit ini. Gue percayakan Deana sama lo, Ar."
Arta hendak bertanya lagi namun Pino sudah berlalu dengan cepat. Bahkan pria itu meninggalkan ponselnya yang masih dipakai oleh Bara.