Pino menurunkan Deana di atas sofa dengan pelan. "Kaki kamu baik-baik aja?" tanyanya sambil membuka sepatu yang Deana gunakan.
"Bokongku sakit sama ini," Deana menunjukkan telapak tangannya yang memerah.
"Abang kenapa nggak marahin dia sih? Dia dorong aku!"
"Dek, abang nggak bisa asal pecat gitu aja. Ada peraturan hotel yang harus abang patuhi meskipun peraturan itu abang yang bikin."
Deana mencebik tidak suka. Pino duduk di sampingnya dan mengelus rambut Deana dengan lembut.
Benar kata Arta. Deana tumbuh menjadi gadis yang egois dan arogan. Selalu memandang remeh orang lain yang kastanya di bawah.
Ini yang harus Pino luruskan lagi. Arta sudah berulang kali menegur Deana. Tapi gadis itu malah semakin berontak. Apalagi Arta tidak selalu bisa bersikap lembut pada Deana. Abangnya itu gampang naik darah kalau urusannya menyangkut Deana.
Hanya Pino yang bisa tetap lembut padanya meski Deana sangat menyebalkan.