"Tere itu nikah sama sahabat abang. Kamu udah kenalan juga kan sama Chef Aldi tadi?"
Deana mengangguk pelan. "Tapi aku benci dia natap abang terus. Maksudnya apa coba? Suami dia kan ada!"
Pino geleng-geleng kepala. Masih saja gadisnya ini menggerutu karena hal yang jelas tidak penting. Lagipula kalau Tere benar-benar ada perasaan pada Pino, bukan berarti Pino juga ada perasaan padanya.
Ah, sudahlah. Semuanya sudah menjadi masa lalu. Pino tidak ingin berada dalam bayang-bayang masa lalu. Untuk sekarang dan ke depannya, hanya Deana yang akan mencuri semua pusat dunianya. Sejak dulu sih sebenarnya.
Hanya saja dulu karena terhalang jarak dan waktu, Pino jadi tidak bisa menikmati setiap waktu bersama Deana.
Sekarang Pino ingin setiap detiknya dia habiskan bersama calon istri dan calon ibu bagi anak-anaknya kelak.
Pino menarik Deana semakin mendekat sehingga pria itu memeluknya dan menenggelamkan wajahnya pada perut Deana.