'Uh, berhasil.' sorak batin Deana.
"Nggak tahan apa abang?"
Pino mengusap wajahnya kasar dan memejamkan mata. "Oh, shit." desisnya lirih karena menahan kedut ngilu di bawah sana.
"Kamu sukses banget nyiksa abang, Sayang."
Deana menggigit bibirnya saat melihat raut putus asa Pino.
"Abang."
Pino hanya menjawab dengan sebuah gumaman. Deana merasa bersalah karena masih saja menyiksa Pino. Jelas-jelas tunangannya itu pria dewasa normal.
"Aku ke rumah ya?"
Pino membuka mata dan memicing menatap Deana yang kini menampilkan raut bersalah.
Pino menggeleng dan berdiri. "Kamu di rumah aja. Bahaya kalau kamu ke sini."
Deana berdecak. "Kok bahaya sih?"
"Kalau abang nyerang kamu tiba-tiba gimana? Di sini kamu nggak bakal bisa kabur."
Deana menggigit bibirnya lagi. Dan itu sukses membuat Pino semakin mengerang kesal. Karena ekspresi Deana sangat menggoda.