"Astaga, indah sekali." Ujar Deana dengan kagum.Pino tersenyum dan mengambil cincin yang masih tersemat di dalam kotak. Setelahnya di letakkan kotak kosong itu di atas meja. Pino meraih tangan Deana. Gadis itu sampai menahan napas saat Pino memasukkan cincin mewah nan indah itu di jari manisnya."Kamu suka?" tanya Pino.Deana mengangguk berulang kali."Ternyata anak kamu matrealistis juga, Mas." Bisik Cecil pada Bara.Bara terkekeh dan merangkul Cecil. "Anak kamu juga. Usaha berdua itu."Astaga. Sepasang suami istri ini masih saja bermesum ria di tempat seperti ini."Makasih abang." Ujar Deana dengan senyum harunya.Pino mengecup jemari Deana di genggamannya. 'Impianku sejak lama.' Bisik hati Pino."Jadi besok paman dan bibimu akan ke sini jam berapa?" tanya Bara memastikan.Pino mengangguk. "Mungkin malam sudah di sini, Om, untuk lamaran resmi."Bara dan cecil saling pandang kemudian mengangguk. Mereka tidak akan mempersulit jalan anak-anak mereka menuju kebahagiaan.