"Aku sudah sering melakukannya. Bahkan lebih dari ini." Bisik Deana.
Napas keduanya terengah kala Deana melepaskan tautan bibir mereka. Pino menatap lurus ke dalam manik mata Deana.ย
Dalam hati Pino berdecak. Dari dulu Deana tidak ahli dalam berbohong.
"Bagus kalau begitu. Kita bisa melakukan yang lebih." Bisik Pino di depan wajah Deana.
Pino sangat menikmati wajah merah Deana seperti ini. Bibirnya yang sedikit merenggang dan napasnya ngos-ngosan semakin membuat gadis itu terlihat menggoda.
"Kenapa diam? Kamu takut?"
Deana berdecih sinis. "Siapa takut!" Serunya membuat Pino tersenyum miring.
Pino kembali menurunkan wajahnya. Dikecupnya bibir Deana dengan ringan berulang kali. Berlanjut ke ujung hidung Deana, kedua pipinya, dan terakhir keningnya.
"Marah aja. Pukul kalau kamu memang marah. Abang tahu abang salah. Jangan gini, dek. Kamu kira abang nggak kangen sama kamu? Kamu kira..."