Delapan bulan kemudian.
Arta tengah memeriksa beberapa berkas di dalam ruang kerjanya di rumah. Sejak 5 hari lalu Arta tidak ke kantor karena Syabil akan melahirkan.
Menurut perkiraan dokter Vivi, istri Arta itu akan melahirkan dalam minggu ini. Jadi Arta tidak ingin meninggalkan istrinya di rumah. Meskipun ada Cecil, Kinan dan Syaina juga yang setiap hari ke sini untuk menengok putrinya, tetap Arta tidak bisa tenang untuk berangkat ke kantor.
"Bang?"
Suara Cecil membuat Arta segera beranjak. Mata Arta melirik jam di di atas meja kerja, pukul 11 siang.
"Ya, Mom?"
"Itu Abil manggil abang. Katanya disuruh ke kamar."
Arta mengangguk dan Cecil berlalu ke lantai atas.
Saat usia kehamilan Syabil memasuki bulan ke-7, Arta mengajaknya untuk pindah ke rumah yang Cecil berikan padanya. Sekalian untuk mengadakan acara syukuran tujuh bulanan dan syukuran pindahan rumah.