Deana yang mendengar teriakan Arta terbahak. Gadis delapan tahun itu memilih duduk bersama Cecil. Kinan juga sudah bergabung bersama mereka di ruang tamu.
"Kak, coba bawa adeknya ke sini." suruh Cecil namun Deana menggeleng.
"Nggak mau ah. Nanti rambut kakak ditarik lagi sama Aalli. Jahat dia. Sakit tahu, Mom!" ucap Deana memberenggut.
"Enak ya, Ce, rame, hidup suasana rumah." komentar Syaina mendengar di dalam sana suara tawa si kembar bersahutan.
Cecil tersenyum. "Cuma tidur aja yang sepi. Kalau udah bangun semua, hm, ribut."
Kinan tertawa. "Mama dulu gimana cuma punya Bara aja. Sepi. Apalagi rumah sebesar ini. Makanya nggak mau kalian semua bikin rumah. Ini rumah juga buat kamu dan anak-anak." ujar Kinan menepuk paha Cecil lembut.
