Arta tengah sibuk membolak-balikkan buku pelajaran. Satu tangannya memegang pena dan dengan lincah mencatat bagian-bagian penting yang ditangkap matanya dari halaman buku yang terpampang di depannya.
Kepala Arta menoleh saat suara pintu diketuk disertai panggilan Cecil di luar sana.
"Masuk aja, Mom."
Arta melihat pintu kamar terbuka dan Cecil masuk dengan satu gelas air putih di tangannya. Wanita itu menuju meja belajar Arta di mana anak sulungnya itu tengah mengerjakan tugas.
"Ini, Bang."
Arta menerima uluran gelas dari tangan Cecil. Dengan sekali teguk Arta menghabiskan air di gelasnya. Kemudian gelas diambil lagi oleh Cecil. Cecil menyandarkan pinggulnya di meja belajar Arta sambil menatap dengan lembut putranya yang kini sudah remaja.
"Abang kurang-kurangin dong jahilin Kakak. Masa iya tiap habis jerit-jeri Kakak nangis mulu. Kakak jadi mikirnya Abang nggak sayang sama dia karena dijahilin terus."