Tomi termenung di ruang kerjanya. Hari sudah gelap. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan malam. Dan hampir satu jam terbuang hanya untuk melamun. Otaknya dipenuhi dengan percakapan yang berlangsung tadi pagi dengan sang istri.
"Mas, Mama takut kalau Iva lama-lama di sini dia bakal macem-macem sama Bara atau Cecil. Mama nggak mau anak-anak dan calon cucu kita kenapa-napa, Mas. Lakuin sesuatu. Ini udah seminggu Iva di sini. Dan banyak kejadian aneh di rumah kita. Mama takut."
"Mama udah hubungi Jona? Kenapa Iva bisa sampai ke sini lagi padahal Jona yang mengatakan pada kita kalau Iva nggak bakal ganggu anak kita lagi. Atau adik Mama itu sengaja biar kita lengah terus anaknya sedang merencanakan sesuatu untuk merusak keluarga kita? Iya?"
Di seberang telepon Kinan mengusap air matanya, "Mas jangan nuduh dulu. Mama stress, Mas. Semenjak Iva balik ke sini, Jona nggak bisa dihubungi. Dan Mas tahu kalau Mama nggak punya nomor telepon suaminya."