Chereads / WEDDING MR.A / Chapter 50 - PERGI SENDIRI

Chapter 50 - PERGI SENDIRI

Kesel Reading.

****

Sudah semingu ini Mbak Ai tinggal di kediaman Brawijaya. Sandra tau banyak teman-teman ibunya yang mencemooh kakaknya itu karena hamil di luar nikah. Tetapi sepertinya ibu dan ayahnya tak peduli.

Sandra sangat senang sekarang ke dua orang tuanya hanya memikirkan kebahagiaan anak-anaknya. Mereka sudah tak peduli dengan reputasi dan segalanya.

Bahkan Mas David yang notabenenya benci setengah mati sama ayahnya dulu kini juga sering berkunjung ke rumah itu walau masih dengan wajah dan ekspresi kaku.

Sandra dan yang lain belum bertemu lagi dengan ayahnya karena ayahnya masih di luar kota. Mas Davidnya juga kemarin malah pamit karena harus mengurusi pembukaan cabang mall di Lombok. Sandra sih oke-oke aja tetapi kakaknya yang emang lebay dan alay itu malah nangis pas mau pergi. Katanya dia harus segera dihubungi kalau Sandra lahiran nanti.

Katanya sih dia mau nemenin pas proses lahirannya. Dan gak tau kenapa dia malah memberi Sandra pesan dan wejangan gak jelas. Seolah-olah sudah kayak orang mau mati ninggalin wasiat. Kan Sandra jadi takut juga.

Sandra mengembuskan napas bosan, sekarang ini dia di rumah sendirian. Mommy-nya lagi arisan sama ibu-ibu sosialita yang katanya cuma sebentar. Eh ini udah setengah hari malah belum pulang.

Sedang Alex jangan tanya. Dia yang sudah mengambil cuti kerja karena mau nemenin Sandra  yang sudah memasuki waktu melahirkan baru beberapa jam lalu terpaksa pergi karena ada klien dari luar yang maunya hanya bertemu Alex tidak mau diwakilkan orang lain.

Bilangnya cuma sejam tapi ini sudah dua jam tapi Alex belum kembali. Huft mak sama anak sama saja. Tukang korupsi waktu.

Alhasil di sinilah Sandra makan bubur ayam di pinggir jalan sendirian. Awalnya pengen nungguin Alex tapi baby yang di perut sudah tak sabar dan keroncongan, jadi ya pergi sendiri. Mana naik taksi. Sopirnya Sandra kan dibawa Mommy.

Masih asik makan, Suara HP-nya tiba-tiba berbunyi, nama MOMMY tertera di sana.

"Halo, Mom."

"Aduhhh mantuku yang cantik imut bahenol pergi ke mana? Sama siapa? Mom dateng tapi kamu gak ada di rumah. Mom khawatir tau."

Sandra memutar bola matanya jengah. Bahenol? Ini muji apa nyindir ya? Lha harusnya kan dia yang protes. "Lagi makanm bubur di deket SMA-ku dulu, Mom."

"Tadi ke situ naik apa? Sama Alex kan?"

"Naik taksi Mom, Sandra sendirian tadi Alex dapet panggilan mendadak dari kantor."

"Whattt? Sendirian. Aduh Sayangku kalau anakmu mbrojol di jalan gimana? Lagian Alex kok tega banget sih ninggalin kamu sendiri harusnya telpon Mommy sebelum pergi biar mommy yang nemenin. Sekarang kamu di situ saja ya ... biar Mom jemput!"

"Gak usah Mom ini udah selesai kok, sudah  mau pulang juga."

"Gak bisa cantikkk pokoknya Mom jemput jangan ke mana-mana, ok?"

"Yes, Mom."

"Good tunggu ya Sayang, lima menit Mom nyampe."

Lima menit? Mommy-nya ngigo apa ya? Jelas-jelas jarak Dirinya sekarang sampai rumah paling cepat 15 menit. Itu pun kalau lancar jaya tanpa macet. Tapi ya sudahlah dari pada Mommy-nya ceramah mending tunggu saja.

Namun ... sudah 35 menit Sandra menunggu, akan tetapi mommy-nya belum juga dateng. Tu kan korupsi waktu lagi. Sandra akhirnya membayar bubur yang ke 4 yang udah habis dari tadi. Dan memilih menunggu di depan warung. Siapa tau Mommy-nya kebablasan karena tidak melihat Sandra.

Tin tin!

Tuh kan bener itu pasti mommy-nya tapi kok mobilnya beda ya. Tapi mobil itu gak asing.

Tin tin!

Mobil itu mengklakson lagi.

Karena penasaran dengan pemilik mobil yang tidak mau keluar dan terus mengklakson Sandra akhirnya berdiri dan menghampirinya. Saat sampai di dekat mobil itu pintu penumpang tiba-tiba terbuka.

"Masuk ...," kata orang yang berada di kursi penumpang.

Sandra menengok ke dalam untuk melihat pemilik mobil. "Eh ... Ayah?"

"Masuk, San," kata ayahnya datar.

Sandra langsung masuk ke dalam mobil dengan cemberut karena ternyata ayahnya masih seketus biasanya. Sandra sama sekali tak ingat kalau Mommy-nya bakal jemput.

"Kamu ngapain tadi di sana?" Ayahnya bertanya.

"Makan bubur, Yah."

"Ck, ck, ck, kamu tu gak berubah masih suka makan di pinggir jalan!"

Sandra bengong. Lha Sandra pikir setelah aksi damainya dengan sang ayah. Ayahnya bakal berkata lembut gak taunya masih sama nyindir. Ya udahlah udah sifatnya kali.

"Habis baby-nya yang mau, Yah!"

"Ngidam itu jangan jadikan alasan, makan sembarangan di pinggir jalan. Gak takut keracunan kamu? Sudah tahu hamil makan sembarangan!"

Ya ampun ayah pas SMA selama 3 tahun aku makan di situ terus buktinya ampe sekarang masih hidup dan sehat walafiat, batin Sandra tapi tentu saja tidak berani diucapkan. Mau tambah diomelin apa.

"Maaf ...."

"Ya sudah jangan diulangi. Kalo niat ngulangi tunggu anakmu lahir dan berusia 2 tahun, jadi kamu makan apa pun tidak pengaruh ke cucuku. Aku enggak mau cucuku sakit gara-gara makanan tak sehat yang kamu makan itu. Kamu kalau mau sakit-sakit sendiri aja jangan ajak-ajak cucu aku buat makan racun."

Lha ternyata yang perhatiin cuma cucunya to. Sandranya mah bodo amat. Berasa ngenes jadinya.

"Iya iya, Yah."

"Trus Alex ke mana? Kok kamu sendirian?"

"Tadi ada meeting dadakan dari kantor."

"Trus kamu dah bilang pas mau pergi?"

"Ehhh belum."

"Kamu itu gimana sih? Kamu itu udah menikah jadi kalau mau pergi ke mana-mana izin sama suami. Jangan main nyelonong aja, jangan kayak masih single aja."

Duh ... kok ayahnya jadi crewet gini yah. Tau gitu kan mending bareng mommy aja tadi. Eh ... mommy-nya kan mau jemput.

"Ayah, balik lagi!"

"Ngapain?"

"Tadi Mom bilang mau jemput. Ntar nyariin gimana?"

"Ngapain balik lagi? Kamu itu ngerepotin aja. Gunanya punya HP buat apa? Dasar masih aja ceroboh ya. Sudah biar ayah yang telpon aja."

Baru saja ayahnya mengambil HP. Tiba-tiba HP ayahnya sudah berbunyi.

"Hallo ...."

" ...."

Sandra melihat wajah ayahnya yang seketika memucat setelah menerima telepon itu.

"Ayah ada apa?"

Ayahnya tetap diam dan pandangannya lurus ke depan seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.

Lalu ayahnya mengambil sesuatu dalam tas kerjanya. Seperti sapu tangan.

"Ayah ... ada masalah?" Sandra kembali bertanya.

Ayahnya memandangi Sandra dengan wajah sendu.

"Maafkan Ayah!" katanya sebelum sesuatu membekap hidung Sandra dan semuanya menjadi gelap.

******