Chereads / Satu Hati / Chapter 6 - Berhenti di satu titik

Chapter 6 - Berhenti di satu titik

" Sya, kamu kenapa?" ku dengar seseorang memanggilku. Rasa sesak di dada membuatku hanya diam.

"Sya ? " pertanyaan itu terlontar dari seseorang yang berjalan semakin mendekat.

Kepala rasanya blank, Nafasku semakin tersekat. Triple zonk hari ini; sudah gak sarapan karena udah telat, dapat bus yang gak nyaman dan terakhir karena efek lari malah sesak nafas; naasnya obatku tertinggal semua di rumah. 3 bulan kuliah masih belum membuatku terbiasa dengan perjalanan bus cukup jauh.

Ku urungkan masuk kelas dan memilih berdiam diri di Lab elkom sendiri. Menenangkan diri sambil berharap sesaknya mereda. Tapi siapa yang tiba-tiba datang?

Kudengar langkah kaki yang semakin dekat dengan tempatku duduk. Memaksa kepala yang dari tadi tertunduk di meja untuk berdiri dan melihat siapa yang datang.

Aku kaget, mataku tak percaya melihat seseorang yang tengah berdiri 1meter dariku.

Kak Adam, kok bisa dia muncul. Seingat ku angkatannya ada kelas bersama di ruang d6.

" Sya, kamu kenapa? Kok di Lab sendiri?" tanya Kak Adam lagi.

Kamu? Otakku yang sudah kekurangan oksigen masih sedikit mencerna apa yang Kak Adam katakan. Namun terlalu lemah untuk menanggapi, hanya diam dan kembali menunduk lesu.

" Sya, kamu sakit? "

Aku masih diam. Kak Adam kemudian berjalan menjauh, ke ruang multimedia atau pantry mungkin.Aku hanya diam sambil berusaha memejamkan mata. Berusaha menenangkan diri

Segelas air hangat menyentuh ujung jariku. Ku buka mataku, Kak Adam masih di sana dengan mimik muka yang tak jelas maksudnya.

" Minum, biar enakan. Atau perlu beli obat ke Apotik biar sini di beli?" katanya lagi.

Ku betulkan letak dudukku, ku ambil gelas yg masih di tangannya.

" Thanks kak " kataku pelan dan ku habiskan air yang ia berikan.

" Mau antar ke klinik kak?" tanyaku pelan, hanya itu yang terfikir olehku. Rasa sesaknya sudah di luar kendali. Hanya itu minta tolong pada dia yang ada di kepalaku.

" Sesakit itu kah Sya sampai nafasnya tersengal?"

" Dah yuk sini aku bawain ransel mu, bisa jalan sendirikan?" katanya sambil mengambil ransel yang ada di depanku.

Aku hanya berjalan mengikuti langkah Kak Adam, manusia super nyebelin ini bisa care juga. Dan membuatku berhenti di titik ini.