Ada perasaan lega ketika membagi semua cerita dengan Rara. Yang mengganjal di hati mulai berkurang. Hanya 1 hal yg di katakan Rara yang begitu membekas di kepala.
" Lalu mau kamu bawa ke mana perasaanmu, Sya?"
Pertanyaan sama yang ku tujukan pada diri sendiri. Berharap untuk mendekatinya, rasanya mustahil. Melihat sosoknya dari jauh pun aku terdiam, seperti patung yang tak mampu bergerak. Rasanya takkan sanggup untuk berbicara, walau publik speaking ku terkenal sangat baik di antara teman seangkatanku.
Ini berbeda dengan Reki, ya Reki, seseorang yang dekat dengan ku di masa SMA bahkan sangat dekat. Ia yang menjadi partner dari awal masuk sma. Karena dia menyukai kimia, dan berkatnya di awal sma aku tak terlalu sulit mengejar ketertinggal pelajaran. Dan di tahun kedua sma karna rasa nyaman yg ia beri, kami memutuskan untuk jalan bersama. Walau akhirnya semua berakhir setelah tau di jalan dengan orang paling tidak aku sukai. But thanks to him, karna bermula dari teman aku tak pernah mengalami flirt yang begitu berarti. Sakit sih tapi masih mudah untuk dilupain.
Dan dengan Kak Adam berbeda 180 derajat, karna kita gak dekat dan ini akunya yg merasa sendiri. I have no choice selain menghindar dan meng-keep semua sendiri. Entah sampai kapan..