Akad nikah selesai dilantunkan. Meski dalam diam seluruh darah di dalam tubuhku mengalir deras. Rasanya panas dingin berputar cepat. Semua mengucapkan 'amin' di akhir doa, sedangkan bibirku hanya bergerak kaku.
Mama membawaku bangkit lalu berjalan menuju kursi di samping kak Arya. Kita berdua menandatangani buku pernikahan, serah terima mahar, tukar cincin kemudian aku mencium punggung tangan kanan kak Arya dengan gemetaran sebagai tanda bakti seorang istri, sedangkan dia mengecup lembut keningku sebagai tanda kalau dia adalah pemimpin keluargaku.
Semua ini bagaikan masih dalam angan saja. Apakah semua pengantin merasakah hal yang sama? Ataukah aku yang terlalu berlebihan.
Nasihat-nasihat pernikahan di jelaskan secara seksama, namun tentu tak semudah untuk di jalani dan tidak seberat apa yang di dalam pikiran. Sekali lagi aku hanya perlu melangkan serta melewatinya.