Agneta tampak resah di dalam rumahnya, ia sudah menangis terisak saat terakhir mendengar kabar dari Iren. Ia terpaksa ijin pulang dari kantor saat mendengar kabar kalau Iren tak menemukan Regan di sekola. Iren memang terlambat menjemput karena ojek yang biasa mengantarnya datang terlambat, tetapi saat sampai di sana, ternyata sekola sudah kosong dan Regan tak ada di sana. Agneta bahkan sudah pergi kesana dan mencarinya tetapi tetap tak menemukan Regan. Agneta sempat menghubungi Aiden, tetapi Aiden sedang melakukan pertemuan dengan Mr. Oktavio dan ia akan segera datang saat meetingnya selesai.
"Regan kamu dimana," isaknya sungguh kentara. Hatinya berdebar sakit, ia tidak pernah kehilangan Regan seperti ini. Pikiran negative terus bergelayut di pikirannya, apalagi sekarang sedang musim kasus penculikan anak kecil. Mengetahui kenyataan itu membuat hati Agneta semakin khawatir dan sangat gelisah.
Gerakannya terhenti saat mendengar kekehan Regan, ia berlari keluar rumahnya. "Regan!" panggilannya terhenti dan matanya membelalak saat melihat Regan datang bersama siapa. "Dave," gumamnya.
Regan tampak terkekeh dalam gendongan Dave yang juga tersenyum kepada Regan. "Bunda," teriak Regan. Dave menurunkan Regan membuat Regan berlari ke arah Agneta dan memeluk Agneta. Ada rasa takut di hati Agneta, takut kalau Dave akan menyadari siapa Regan. Ada ketidakrelaan di dalam hatinya melihat Regan dekat dengan Dave.
"Masuk Regan!" ucap Agneta penuh penekanan.
"Bunda, maafkan Egan. Tapi Egan sudah membayal Om Vero untuk biaya mengantalkan Egan pulang," ucapnya dengan polos.
"Masuklah dulu, dan ganti bajumu bersama tante Iren," perintah Agneta membuat Regan akhirnya mengangguk dan masuk ke dalam hingga kini menyisakan Dave dan Agneta.
Agneta menatap Dave dengan tatapan membunuhnya sedangkan Dave tampak santai dengan menyusupkan kedua kepalan tangannya ke dalam saku celana hitam yang berkilau tampak sekali harganya begitu mahal. "Tolong Pak Wiratama yang terhormat, jangan usik lagi kehidupan saya!" peringatan Agneta. Agneta terpaksa memperingati itu pada Dave, dia terlalu takut Dave akan menyadari siapa Regan. Dan kalau sampai Dave tau Regan adalah putra kandungnya, bisa saja dia berbuat sesuatu. Dan yang paling Agneta takutkan adalah Dave akan memisahkan Regan dengan Agneta. Sungguh itu adalah sesuatu yang sangat tidak pernah ingin terjadi dalam hidup Agneta.
Regan adalah kehidupannya, Regan adalah nyawanya. Segalanya adalah Regan, dan kalau sampai ia kehilangan Regan, dia tak yakin mampu bertahan hidup lagi.
"Ada apa Agneta? Kau tampak takut sekali, tenanglah aku tidak berniat menculik putramu dan menjualnya," ucap Dave dengan nada geli karena melihat ketakutan yang begitu jelas di mata Agneta.
"Anda tidak perlu repot-repot lagi mengantarnya pulang, terima kasih untuk bantuan anda, Mr. Wiratama." Agneta mengatakannya dengan penuh penekanan dan memalingkan wajahnya saat mengingat kejadian kemarin dimana Dave menciumnya. "Maaf, saya harus mengurusi putra saya dulu," ucap Agneta seakan mengusir Dave dengan halus. Ia beranjak memasuki rumahnya meninggalkan Dave yang masih tak bergeming di tempatnya.
Dave ingin sekali menerjang Agneta dan memerintah Agneta untuk berhenti bersikap formal padanya. Ia tidak suka cara tatap Agneta padanya. Tetapi Dave sadar, semuanya perlu waktu. Dan ia tidak akan merusak segalanya, semuanya harus berjalan dengan perlahan. Akhirnya ia memilih berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
Jarak setengah jam datanglah sebuah mobil mewah lainnya berwarna silver dan sang empu keluar dengan tergesa-gesa. "Agneta!" panggilnya saat Agneta membuka pintu rumahnya.
"Aiden," ucap Agneta.
"Bagaimana Regan?" tanya Aiden tampak khawatir.
"Dia sudah pulang dan sekarang sedang bersama Iren, tadi temanku yang mengantarnya pulang," ucap Agneta menutupi kebenaran kalau Dave lah yang mengantarnya.
"Syukurlah, aku sangat khawatir sekali," ucap Aiden menarik Agneta ke dalam pelukannya. Agneta memejamkan matanya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Aiden.
"Oh Shitt!!!" umpat seseorang yang bersembunyi di sudut yang tersembunyi.
"Permainan macam ini!" sahut yang lain.
"Wanita yang Dave sukai adalah kekasih Aiden," ucapnya.
"Gue tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti saat mereka tau akan hal ini," ucap yang lainnya.
"Loe yang laporkan ini pada Dave," ucapnya.
"Kenapa harus gue, Kay?" pekiknya.
"Karena loe Kakak gue, Key," seru Kay.
"Saat kondisi seperti ini baru kau mengakuiku sebagai Kakakmu, dasar sialan!" pekik Key.
"Karena di saat seperti ini sosok Kakak di perlukan," ucap Kay dengan senyuman paling menyebalkannya membuat Key ingin sekali mencukur semua jambang yang ada di rahang Kay.
"Kita sebaiknya mencari tau lagi lebih banyak. Karena gue penasaran dengan Ayah kandung Regan," ucap Kay mengusap jambangnya dengan tangan.
"Kenapa? Kau tak lihat handphone mu yang sudah penuh panggilan dan pesan dari Big Boss untuk menanyakan hasil penyelidikan kita," ucap Key.
"Ayolah Key jangan bodoh," ucap Kay.
"Kau sungguh Adik yang durhaka," sindir Key dengan kesal membuat Kay terkekeh kecil.
"Kau lihat wajah anak tadi?" tanya Kay.
"Ya, kenapa dengan wajahnya?" tanya Key tampak malas menyahuti, dia malah tampak resah memikirkan bagaimana cara untuk melaporkan hasil penyelidikannya ini pada Davero. Bahkan ia dan kembarannya melihat langsung Dave yang beberapa menit lalu datang dan kini Aiden yang di sambut hangat oleh Agneta.
"Wajah anak itu mengingatkanku pada Davero kecil," ucap Kay membuat Key menengok.
"Benarkah? Mungkin karena tadi dia di gendong Dave jadi kau melihatnya seperti itu," ucap Key seakan tak percaya.
"Kemana saja matamu sejak tadi, Key? Kau bahkan tidak menyadari kejanggalan itu, dasar detektif payah," gerutu Kay beranjak dari persembunyiannya saat Aiden dan Agneta sudah masuk ke dalam rumah. Ia berjalan menuju ke depan dimana mobilnya di parkir diikuti Key.
"Terima kasih atas pujianmu Adik yang Manis," sindir Key yang kini berjalan di samping Kay.
"Aku harus tau apa yang terjadi di masalalu Agneta dan Davero. Dan siapa ayah kandung bocah itu," ucap Kay. Dia sangat mengenal Dave, dia tau kalau Dave tidak menyukai anak kecil. Dan melihat kedekatannya tadi dengan Regan sudah pasti bukan karena untuk mencuri perhatian Agneta, tetapi karena Dave memang menyukai bocah itu. Di tambah wajah itu, wajah yang begitu mirip dengan Davero kecil.
"Kau tidak berniat menjatuhkan diri ke selokan itu kan karena frustasi mendapat kebenaran ini," ucap Key menyadarkan Kay. Kay tersadar arah jalan kakinya dan ia menggerutu kesal saat ujung kakinya sudah menyentuh ujung daratan dan di hadapannya terdapat selokan. Key tertawa geli melihat gerutuan Kay. Mereka berjalan beriringan menuju mobilnya.
"Persiapkan dirimu untuk melaporkan semua hasilnya, Kakak!" ucap Kay membalas ejekan Key tadi membuat Key merengut kesal.
"Kita berdua yang melapor," ucap Key.
"Tidak,"
"Kita saudara kembar, jadi kalau aku terkena amukan, maka kau juga. Itulah takdir dari saudara kembar," ucap Key dengan senyuman lebarnya, ia senang karena mendapatkan jalan keluar dari keresahannya.
"Kau mengakuiku sebagai saudara kembar, sungguh sebuah keajaiban," gerutu Kay beranjak memasuki mobilnya diikuti Key.
"Mari kita berdoa sebelum mendapatkan amukan dari Lucifer," ucap Key yang tak di respon Kay.
***