Waktu tidak bisa berputar ulang. Aturannya dia akan berjalan maju tanpa pernah berputar arah ke belakang.
.
.
.
Setiap ke tempat ini, Dastan selalu merasa nyawanya entah hilang kemana. Dia bagaikan zombie yang berjalan tanpa jiwa. Kawasan yang beberapa bulan ini selalu ia kunjungi, hampir di setiap sorenya.
Melangkah dengan langkah gontai, lelaki itu berjalan menuju sebuah spot di tengah-tengah area. Di dekat pohon mahoni yang masih setinggi satu meter, ada beberapa bunga Kamboja yang di tanam di area tersebut.
Area pemakaman.
Dastan berhenti di depan sebuah makam, dia menatap makam bertabur bunga itu cukup lama. Tatapannya berubah sendu saat menatap nama yang tertulis di batu nisan tersebut. Tulisannya masih terlihat baru, mungkin masih dalam hitungan bulan. Tangannya bergetar saat menyentuh batu nisan berwarna putih itu, kedua matanya berkaca-kaca, seakan tangis sudah siap membelenggunya.