Chereads / Romansa Cinta / Chapter 15 - 14. Pacar Istimewa

Chapter 15 - 14. Pacar Istimewa

Pacar gue itu, memang istimewa_Dastan.

.

.

.

Flashback On

"Das, lihat cewek di arah jam 3 nggak?" tanya perempuan yang duduk di hadapan Dastan yang sibuk menghabiskan burger di tangannya.

"Hehm. Kenapa?" tanya Dastan tak acuh.

"Dari tadi ngelihatin lo terus. Ayo coba senyumin," suruh perempuan itu tersenyum usil.

Dastan menatap pacarnya bingung. "Ngapain? Kurang kerjaan banget."

"Senyum aja sekali, senyum itu 'kan ibadah. Ayolah," bujuk perempuan itu belum menyerah.

Dastan menghela nafsa sejenak, kemudian menoleh sekilas, kedua mata tajamnya bertatapan dengan mata gadis yang di maksud oleh Skala. Lelaki itu tersenyum tipis, sontak membuat gadis di arah jam 3 itu tersenyum balik, kemudian menoleh pada teman-temannya, histeris sendiri dan juga sedikit salting.

Dastan kembali menoleh ke depan. "Puas!" ujarnya pada sang pacar.

Perempuan itu hanya nyengir lebar di sertai 2 jempol tangannya terangkat ke udara.

Pacar Dastan memang unik. Disaat semua gadis lain akan langsung mengomelinya untuk tak jelalatan atau bahkan melabrak gadis yang terang-terangan manatapnya penuh minat. Perempuan itu justru bersikap sebaliknya.

"Ck, lo tuh sayang nggak sih sama gue?" tanya Dastan tiba-tiba.

"Kok, nanyanya gitu?"

"Ya habis, Lo barusan malah nyuruh gue buat senyum ke cewek lain. Emang lo nggak cemburu apa? Lo nggak takut kalau gue selingkuh sama cewek itu?" omel Dastan kesal.

"Ya elah, baperan amat sih lo," cibir perempuan itu tersenyum mengejek. "Senyum itu ibadah, Dastan sayang."

"Ibadah kalau yang ngasih senyum itu cowok yang nggak punya pacar, kalau yang punya pacar namanya mah selingkuh," sungut Dastan. "Kalau tuh cewek baper beneran gimana? Disangkanya gue PHP sama dia. Terus dia makin ngejar-ngejar gue, gue tergoda dan akhirnya selingkuh. Ngeri 'kan, awalnya ibadah tapi malah selingkuh."

"Lhah, emang lo tertarik sama dia?"

"Ya kagaklah!"

"Ya udah, kelar masalahnya," sahut perempuan itu santai. "Gue nggak bakalan cemburu karena masalah sepele kayak gini. Cuma kalau emang lo mau selingkuh, ya udah selingkuh aja. Kita putus dan masalah selesai, nggak usah dibuat ribet."

"Enak banget lo ngomong gitu," ketus Dastan. "Ok. Gue setuju tentang lo yang nggak gampang cemburu. Tapi lo rela gitu, gue pindah ke lain hati?" tanyanya kemudian.

"Ya iya lah. Perasaan manusia 'kan memang selalu berubah-ubah. Orang lain nggak punya hak untuk menghalangi perubahan itu, kalau bukan pemiliknya yang ambil bagian. Sekalipun status gue ini pacar lo, beda lagi kalau statusnya istri," jawab perempuan itu santai.

"Jadi lo rela kalau gue jatuh cinta dan selingkuh sama cewek lain? Masa lo lepasin gue gitu aja. Lo nggak mau perjuangin gue gitu? Cowok juga mau diperjuangkan kali, bukan cewek aja," manyun Dastan.

"Ya mau bagaimana lagi. Buat apa gue perjuangin hubungan ini, kalau partner gue aja nggak mau ikut berjuang," jawab perempuan itu dengan nada tegas.

"Maksudnya?" tanya Dastan nggak ngerti. Pria itu sudah mengabaikan burger di hadapannya sejak pembicaraan ini dimulai.

"Sekarang gue tanya, kenapa lo selingkuh dari gue? Masalah godaan? Sifat gue yang nggak lo suka? Lo bosen sama gue? Udah ngerasa nggak nyaman? Kurang perhatian? Kurang sabar? Kurang cantik?" tanya balik perempuan itu.

"Bisa jadi, godaan dari cewek lain, gue nggak suka sama salah satu sifat lo, gue bosen sama lo, gue udah nggak nyaman sama lo atau lo kurang sabar dan perhatian makanya gue nyari semua itu di cewek lain. Kalau cantik kan relative," celoteh Dastan panjang lebar.

"Nah, itu dia. Itu yang gue maksud gak mau berjuang. Lo nggak berusaha untuk mempertahankan perasaan lo, tapi malah ngebiarin hati lo berubah haluan. Kalau lo mau berjuang, pasti lo bakalan bilang ke gue. Apa yang bikin lo bosen sama gue, lo nggak suka sikap gue yang mana atau mungkin lo emang bener-bener udah hilang rasa sama gue. Kalau yang itu sih, gue nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Tapi kalau faktornya bosen dan sikap gue, seharusnya lo berjuang buat ngerubah hal itu. Kita rundingin bersama dan kita perjuangan apa solusinya. Kalau cuma gue yang berusaha berubah dan lo nggak berusaha menerimanya, buat apa pertahanin hubungan kita," jelas perempuan itu panjang lebar.

Dastan terdiam sejenak. "Makanya dari awal lo selalu bilang, apapun yang terjadi kita harus selalu bicarain berdua, termasuk perasaan kita," gumamnya mulai mengerti.

"Iya. Kalau lo nggak suka sama sifat gue dan akhirnya selingkuh sama cewek lain, itu artinya lo nggak mau berjuang. Lo udah nyerah sama hubungan kita. Jadi apa pantas, kalau gue masih berjuang?"

"Enggaklah, jahat banget kalau gue nyuruh lo kayak gitu," sahut Dastan.

"Udah ngerti 'kan sekarang."

"Iya, udah." Dastan mengangguk paham. "Tapi, kalau masalah cinta gimana? Semudah itu lo ngilangin perasaan lo?"

"Munafik, kalau gue bilang itu mudah. Mungkin akan butuh waktu lama sampai gue bener-bener ngilangin perasaan gue seutuhnya. Tapi, kalau gue sayang sama diri gue sendiri, gua nggak akan mau jadi orang tolol yang mencintai orang yang udah nyakitin gue," jelas perempuan itu tersenyum tipis.

Dastan memandang pacarnya penuh takjum, semua kalimat yang terurai dari bibir perempuan itu selalu tak pernah dia sangka-sangka dan selalu diluar dugaan. Berbicara dengan perempuan itu memang selalu membuat Dastan berfikir ulang, tentang pandangan hidup yang tak sama seperti orang kebanyakan. Perempuan itu selalu berhasil membuat akar di otaknya bercabang-cabang, meluas hingga menemukan titik terang.

Pacarnya itu, memang sangat istimewa.

Flashback Of