Gadis itu menangis putus asa.
Air matanya telah mengering dan matanya telah memerah.
Saat ini, sepasang mata yang cerah dan murni itu telah lenyap.
Pandangannya mengabur.
Dengan tubuh gemetar, dia hanya menatap langit-langit.
Bagaikan kulit sofa yang telah tergores oleh paku.
Ini seperti bukti perjuangan yang kuat.
**
Sofa, karpet, tangga, dan terakhir di kamar tidur, di tempat tidurnya.
Namun pada akhirnya, mata pria itu sudah basah. Dia memeluknya erat-erat dan terus mencium mata Ye Zi. Suaranya bergetar saat bergumam di telinganya, "Maaf, maafkan aku, maafkan aku..."
Semua maaf itu sudah tak ada gunanya.
Pria itu telah merenggut hal paling berharga milik Ye Zi.
Saat ini, Su Xun sendiri tidak bisa melupakan perjuangan Ye Zi sebelumnya.
Juga tidak bisa melupakan darah di sofa.
Ketika melihat pemandangan itu, dia tahu bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang salah.