Sepanjang malam itu, Leng Yunchen tetap tinggal di kantor dan tidak bisa tidur. Sebaliknya, ia terus memikirkan sesuatu, memikirkannya sepanjang malam, dihantui rasa khawatir tiada henti.
Kegelisahannya benar-benar membuatnya tidak bisa beristirahat sama sekali.
Dan untuk alasannya, tentu tidak perlu dikatakan lagi.
Gadis kecil itu, ia telah berhutang padanya, kan?
Benar, kan?
Sekelebat bayangan seketika muncul di benak Leng Yunchen, tapi semuanya begitu cepat berlalu.
Namun tetap saja, bayangan itu berhasil menciptakan gelombang riak di pikirannya.
Sebuah bayangan dari sosok lembut dengan perawakan yang masih ranum.
Hingga sorot mata Leng Yunchen berangsur-angsur tenggelam, yang membuatnya semakin merasa jika dirinya benar-benar berhutang pada sosok itu.
Dan keesokan harinya.