Napas Leng Xiaomo seketika berhenti.
Bahkan bulu matanya pun tidak berani berkedip barang sedetik.
Hanya dengan melihat kakaknya dari dekat.
Ia merasa telinganya seolah terbakar.
Terlebih lagi di malam seperti itu, keduanya dibangunkan oleh adegan tak senonoh dari kamar sebelah. Sungguh, ia tidak lagi bisa menahan rasa malu yang menggerogotinya. Bahkan jika bisa, ia ingin menggali lubang untuk dirinya sendiri.
Tapi siapa yang tahu jika situasi seperti ini akan terjadi sekarang.
Sementara Leng Yunchen hanya menatapnya dengan begitu tenang, meski sekilas terbersit sorot yang cukup membingungkan.
"Kakak…"
Bisik Leng Xiaomo dengan suara samar. Meski telinganya ditutup oleh Leng Yunchen, namun tetap saja tidak banyak suara yang mampu teredam.
Bahkan tempat yang disentuh oleh tangan Leng Yunchen justru terasa semakin panas.
Hingga membuat Leng Xiaomo benar-benar ingin melarikan diri.