Kini, An Xiaoyang berbaring di atas batu-batu kecil yang keras dengan kondisi lemah. Sekujur tubuhnya tampak telah kehilangan seluruh kekuatannya. Ya, kekuatan fisiknya telah mencapai titik batas.
Meski kondisinya saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja, tapi ia sangat bersyukur.
Karena berarti ia masih tetap hidup.
Sungguh, ia sangat ingin terus hidup.
Dan Tuhan masih memberikan kesempatan.
Hanya saja saat ini, kepalanya terasa kosong dan telinganya terus berdengung. Bahkan ketika ia sedikit membuka mata dan samar-samar melihat mulut kecil anak-anak itu yang terus bergerak, ia tidak dapat mendengar satu pun yang mereka katakan.
Ia sangat lelah.
Entah, An Xiaoyang hanya merasa ada air yang menyesaki dadanya dan tenggorokannya yang terasa begitu kering. Yang cukup mengejutkan, ia tiba-tiba duduk dan terbatuk keras di tanah.