Sampai keesokan harinya, Sang No merasa ada yang tidak beres ketika tidak sekali pun ia mendapati An Xiaoyang di lantai bawah.
Dan ketika ia mencoba mengetuk pintu kamarnya, hanya terdengar gumaman samar dari dalam.
Alhasil, Sang No bergegas mencari kunci cadangan karena takut jika pintunya ternyata rusak.
Dan terjadi sesuatu di dalam.
Benar saja. Ketika sudah benar-benar masuk, ia dihadapkan dengan wajah pucat An Xiaoyang yang lemah di tempat tidur. Meski awalnya ia menghela napas lega, tapi lubuk hatinya sangat terluka.
Pasti datang bulannya telah tiba.
"Bagaimana rasanya? Kamu masih bisa bertahan?"
Rambut yang menjuntai di dahi An Xiaoyang sudah sangat basah.
Itulah yang membuat Sang No bertanya sambil mengerutkan kening.
"Panas." Sebuah kata meluncur perlahan dari mulut An Xiaoyang sembari ia menghindar dari sentuhan Sang No.
Rupanya tubuh pria itu juga panas.