Setelah mendengar suara Lan Yanzhi, Nan Zhi baru sadar bahwa wajahnya ternyata menghadap selangkangan lelaki itu.
Wajah kecilnya yang cantik dan putih tiba-tiba memerah.
Kulit Nan Zhi memang lebih putih dibandingkan perempuan pada umumnya, dan sangat lembut, sehingga kulitnya akan tampak begitu kontras begitu memerah.
Mu Sihan menyipitkan matanya, saat Nan Zhi berusaha untuk melepas sabuknya, sebuah tangan tiba-tiba menarik lengan Nan Zhi agar bangun.
Nan Zhi belum bereaksi, dan tiba-tiba tubuhnya di banting ke atas ranjang.
Tubuh lelaki yang tinggi, tampan dan dingin itu tiba-tiba menindih tubuhnya.
Tanpa sadar, ia mendongakkan kepalanya, dan melihat wajah lelaki yang tampan dan acuh tak acuh itu berada dekat di depan matanya. Ia kemudian membuka mulutnya, berusaha untuk mengatakan sesuatu, tapi kedua bibirnya yang dingin dan lembut, tiba-tiba dibungkam oleh mulut Mu Sihan.
Lelaki itu memegang erat pinggangnya, membuatnya terkunci di antara ranjang dan dada bidang lelaki tersebut.
Dan Mu Sihan terus melumat bibir Nan Zhi tanpa jeda, dengan ciuman yang kuat dan liar.
Hal itu terjadi begitu tiba-tiba, sehingga ia hanya bisa tertegun, sampai akhirnya lelaki itu mengeratkan cengkramannya di pinggang Nan Zhi, hingga membuatnya kesakitan dan membuka mulutnya. Lelaki itu pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melumat lidah Nan Zhi.
Lidah yang kecil tersebut, terjerat di mulut Mu Sihan tanpa bisa lari.
Jantung Nan Zhi berdegup kencang, ia panik dan sudah tidak mempedulikan hal lain lagi, sehingga ia memutuskan untuk menendang dan memukul lelaki di hadapannya.
Tapi Lelaki itu seperti sebuah gunung raksasa, tak peduli bagaimana Nan Zhi menendangnya, ia tetap tak bergerak. Sebaliknya, ia malah mengunci dan menekan kedua tangan Nan Zhi di atas kepala wanita itu, membuat jarak di antara tubuh mereka menjadi sangat dekat.
Lelaki itu menggigit bibir Nan Zhi dengan penuh nafsu, membuat ciuman mereka terlihat serampangan.
Nan Zhi mengernyitkan keningnya, ia merasa sangat jijik.
Meskipun empat tahun yang lalu ia pernah berhubungan dengan seorang lelaki, tapi waktu itu ia berada di bawah pengaruh obat.
Bahkan saat Nan Zhi sadar, ia merasa seakan tidak pernah mencium seorang lelaki.
Yang lebih membuat Nan Zhi tidak terima adalah, lelaki itu memainkan lidahnya.
Bukankah itu sangat menjijikkan?!
Lelaki itu menghisap lidah Nan Zhi hingga terasa mati rasa, dan bau darah menyebar di bibir mereka.
Kemarahan yang dipendam Nan Zhi dalam hatinya, kini sudah tidak bisa terkendali lagi, dan perlahan keluar.
Pada saat lelaki itu melepasnya sesaat, tanpa memperdulikan yang lain lagi, ia segera menampar wajah tampan lelaki tersebut.
Plakk!
Tamparan itu terdengar keras.
Nan Zhi yang menamparnya saja merasa telapak tangannya mati rasa, apalagi orang yang ditampar olehnya.
"Dasar binatang, tak tahu malu!"
Dengan penuh benci, Nan Zhi mengusap bibirnya yang baru saja dicium oleh lelaki di hadapannya dengan kuat, emosinya sungguh luar biasa besar saat itu.
Di wajah Mu Sihan ada bekas lima jari tangan, namun sepertinya ia tidak merasakan sakit sedikitpun.
Kedua mata Nan Zhi semakin lama terlihat semakin gelap dan dalam.
"Apa kamu tahu akibat dari tamparanmu ini?" Suara lelaki itu terdengar rendah dan pelan, tak terdengar seperti orang yang sedang kesal. Tapi tampak jelas kalau ia sedang marah.
Baru saja Nan Zhi hendak berbicara, tapi lelaki itu sudah mencekik lehernya.
Hal itu membuatnya kesulitan bernafas, dan ia pun berusaha untuk memberontak.
Nan Zhi menggunakan gerakan Taekwondo yang pernah dipelajarinya, tapi ia sama sekali tak bisa menggoyahkan lelaki di hadapannya.
Perlahan, kelima jari-jari lelaki itu mengeras seperti baja, membuat Nan Zhi kesulitan bernafas. Saat wanita itu menatap kedua mata di hadapannya, tatapan tersebut menyiratkan hawa membunuh.